Aku.
Siapa aku?
Siapa yang mengenal namaku?
Ah, hanya keluarga, teman kuliah, dan segelintir teman dekat.
Mereka tahu aku suka menulis.
Mereka pernah membaca karyaku dan berkomentar. Ada komentar yang baik, ada komentar yang buruk.
Tapi hanya sedikit yang tahu bahwa aku benar-benar seorang penulis.
Yah, bukan penulis terkenal. Bahkan para "pembaca setia"ku tidak tahu persis siapa sebenarnya diriku.
Aku seorang penulis dunia maya.
Tiap hari, imajinasiku mengembang, jemariku berkelana. Bukan di atas kertas putih tanpa noda bersama rembesan pena, melainkan di atas tuts-tuts keyboard hitam yang dingin. Oh, tapi setelah beberapa jam berlayar bersama, tuts-tuts itu akan menjadi hangat.
Modalku bukan segepok ide, penelitian selama bertahun-tahun, atau kerja keras bersimbah keringat dan darah. Tidak ada penerbit yang berniat melirikku, karena aku memang tidak menulis buku. Aku hanya mengandalkan sebuah laptop, sambungan internet, dan beberapa website spesial yang bersedia menampung curahan imajinasi seorang penulis tidak terkenal.
Dan para pembaca website itu hanya meninggalkan komentar jika mereka merasa menyukai karya-karyaku. Jika tidak? Oh, tinggalkan saja. Jangan sakiti perasaan penulis muda ini.
Terdengar mudah?
Oh, tidak.
Karyaku memang bukan karya profesional. Tapi aku mencurahkan segenap cinta ke dalam tulisanku, mencoba menemukan diriku dalam halaman kosong Microsoft Word, mencoba mengalirkan pemikiranku di antara kata-kata absurd, mencoba bertempur melawan imajinasi yang menyelinap di antara kegiatan sehari-hariku.
Dan karya yang akhirnya dengan bangga kupublikasikan itu, tidak mendapatkan apresiasi baik.
Aku menarik napas. Kecewa. Sedih. Pahit.
Apakah aku hanya membuang-buang waktu menuliskan sebuah karya yang tidak mendapat tanggapan? Apakah usahaku mencurahkan pemikiranku dalam sebuah halaman kosong hanya dianggap angin lalu? Sekilas aku membaca komentar-komentar yang telah lalu. Tidak terlalu meyakinkan.
Tapi masih ada yang berkomentar. Itulah yang terpenting.
Dan itu mendorongku untuk terus maju.
Ah.....
Aku memang tidak bisa bermain kata-kata sebaik Davrina Rianda.
Aku tidak bisa berbahasa Inggris sebaik Oviliani Wijayanti.
Aku juga tidak bisa menulis dengan bahasa puitik Alia Nessa.
Tapi aku seorang penulis dunia maya.
Dan aku belum menyerah untuk berkarya.
Suatu saat nanti, aku pasti bisa mendapatkan apresiasi sebaik mereka.
bukan blog jutaan pengunjung, stu dua orang yang beroleh hikmah dari blog ini cukuplah sudah....:)
BalasHapusprinsip saya nge-blog...
hehe...salam kenal ya.
terima kasih atas komentar dan apresiasinya.. :)
BalasHapus