World Cup 2010 had been ended, and Spain became the winner. Well, I always support Spain, so I'm really happy that they win. I am perfectly sure that they deserved it. Spain is a good team, full of great players, they have great coach, and they play with their typical "tiki-taka" style of play. It means that they never stop moving the ball around them.
But I'm not here to tell you about Spain. Yes, I'm happy for them, and I think I wouldn't eat Paul the octopus, but I'm here to tell you why I love football so much. Besides, I'm a girl, and most girls in the world don't love football so much except for the handsome footballers (my friends keep debating which German player is the most handsome among all). There's quite a long story about it.
By the way, I'm getting crazy by writing two paragraphs in English, so I'll go back with my mother's tongue.
Gue dulu nggak suka banget sama yang namanya sepak bola. Karena dua alesan, waktu Piala Dunia 2002, beberapa kartun favorit gue nggak ditayangin demi ngasih tempat buat Piala Dunia, dan gue jadi kesel parah. Dan gue pernah bernasib buruk, waktu gue baru pake kacamata pas SD, ada beberapa anak cowok main bola di lapangan dan bolanya nyasar ke kacamata gue. Nggak pecah sih, tapi kepala gue sakit banget dan kacamata gue jadi agak longgar bingkainya.
Tapi setelah Piala Dunia 2006, gue agak berubah.
Tadinya sih gue biasa-biasa aja nyambut Piala Dunia, namanya juga nggak suka bola. Tapi pada saat itu, gue punya sahabat namanya Hanifah yang demen bola. Dia ngebawa poster-poster pemain bola ke sekolah dan berusaha nunjukin ke gue gimana pemain anu ganteng banget, pemain yang itu senyumnya nggak nahan, dan macem-macem lagi. Gue juga nanggepinnya dengan biasa banget. Well, gue berusaha agak semangat karena dia kan sahabat gue, tapi mau gimana, gue kan nggak suka bola. Dan gue ngakuin kalo beberapa pemain yang dia tunjukin emang lumayan ganteng, tapi gue cuma sekedar ngakuin itu, bukan berarti gue falling in love sama mereka.
Selain itu, gue ngerasa diri gue nggak bisa tahan lama-lama ngefans sama sesuatu. Waktu AFI lagi heboh-hebohnya, gue naksir banget sama salah satu alumni AFI yang namanya M***y, tapi waktu AFI selese, gue lupa sama dia. Begitu aja. Pas Indonesian Idol muncul, gue juga suka sama D***n, tapi sama kayak yang gue sebutin sebelumnya, begitu Idol selesai, gue nggak terlalu perhatian sama dia lagi. Jadi ngerti kan kenapa gue cuek?
Dan akhirnya, Hanifah minta gue nonton siaran ulang Spanyol vs Tunisia, "biar lo bisa liat yang namanya Fernando Torres, Ta! Dia tuh ganteng banget!"
Sebetulnya gue sih nggak terlalu peduli. Siapa sih Fernando Torres? Pas gue liat di posternya Hanifah, gue cuma liat cowok pirang yang mukanya bintik-bintik, dan jujur aja, dia nggak terlalu ganteng di situ. Tapi Hanifah ngeyakinin gue, Torres beda banget daripada yang di poster itu. Katanya, rambutnya sekarang mohawk atau apalah. Tapi gue tetep gak peduli. Mana besoknya gue ulangan umum, matematik, masa gue harus ngorbanin waktu gue buat nonton 22 orang rebutan satu bola? Akhirnya, setelah Hanifah maksa terus, gue pun bilang oke, meskipun gue masih nggak niat.
Sorenya, gue ditelpon Hanifah yang bilang kalo pertandingannya udah mulai. Dengan males-malesan gue ngebawa buku mat gue buat belajar di depan tivi. Jangan tanya gue pertandingannya kayak gimana, karena perhatian gue tercurah sepenuhnya sama buku mat di depan gue.
Sampe akhirnya Hanifah nelpon gue lagi dan bilang, "Itu Torres ngegolin! Loe harus liat!"
Gue ngeliat males-malesan ke layar tivi....dan gue terkesiap.
OH MY GOD.
Seribu dewa cinta memanah gue dengan panah asmara.
Cupid-cupid menyanyikan lagu My Heart Will Go On di telinga gue.
Dan semua kata "gue-benci-bola" di kepala gue pun terbakar jadi abu.
Ya Tuhan, itu manusia apa malaikat yang turun ke bumi demi membuat hari-hari gue menjadi indah?
GANTENG BANGET!
Uhm, maaf, itu terlalu mengecilkan.
GANTENG PARAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHH!!! SAKING PARAHNYA GUE GA BISA NAPAS!
Sumpah, gue meleleh waktu ngeliat dia. Nggak pernah gue ngerasain sensasi kayak gini.
Gue cinta dia.
Gue CINTA dia!!!
"Han," gue bilang setelah bisa balik normal.
"Iyah?"
"Itu Torres? Kok ganteng banget?"
"Udah gue bilang apa!"
Yak, bener sekali, saudari Hanifah. Lain kali saya tidak akan meremehkan pendapat anda lagi.
Dan tentu aja, setelah peristiwa itu gue jadi tergila-gila sama bola. Sayangnya, Torres waktu itu main di Atletico Madrid, yang bukan klub gede. So, karena belakangan gue suka Cesc Fabregas sama Robin van Persie, jadilah gue Gooner. Bedanya, dulu gue suka Arsenal karena ada Fabregas. Sekarang gue suka Fabregas karena dia di Arsenal!
Yaah, perjalanan gue untuk mencintai bola memang panjang, tapi gue mensyukuri itu. Dan sampe sekarang, gue nggak pernah bosen. Malah, gue rela bangun malem-malem buat nonton final Piala Dunia (yang akhirnya bikin gue tergeletak sakit di rumah) tapi itu worth it.
Dan buat saudari Hanifah, gue minta maaf karena dulu pernah cuek pas loe ngomongin bola di depan gue, dan gue juga mau say thanks karena loe udah ngenalin gue sama "the greatest game on earth" ini. Tanpa loe, gue nggak akan jadi fanatik bola kayak sekarang, dan gue nggak akan nemuin ketertarikan yang begitu besar akan suatu hal...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar