Bagi anda-anda semua, terutama yang pecinta bola, pasti anda familiar dengan Paul the Octopus. Gurita yang (katanya) bisa meramalkan hasil pertandingan Piala Dunia dengan cara dimasukkan dua buah kotak berisi makanan yang sama ke dalam tangkinya, dan di masing-masing kotak dihiasi dengan bendera dua negara yang akan bertanding. Paul akan memilih makanan di salah satu kotak, dan negara yang kotaknya dipilih oleh Paul tersebut akan menang. Benarkah itu?
Saya tidak termasuk golongan yang sangat mempercayai Paul, meski saya harus mengakui bahwa prediksinya 100% akurat selama Piala Dunia termasuk saat Spanyol mengalahkan Jerman (untuk teman-teman saya yang penggemar Jerman, saya mohon maaf sekali telah menulis ini). Namun saya telah membangun hipotesis saya untuk menjelaskan peristiwa ini:
1. Paul menyukai warna merah dan kuning. Jadi ia menjatuhkan pilihan pada Spanyol yang warna merah dan kuning di benderanya lebih cerah dari Jerman.
2. Paul salah meramal di final Euro 2008, di mana ia memilih Jerman namun Spanyol keluar menjadi juara. Jadi ia takut salah lagi.
Maaf, saya sedikit melantur. Sebenarnya, sesuai judul di atas, saya sama sekali tidak bermaksud untuk bercerita mengenai Paul the Octopus. Saya ingin menceritakan mengenai sekelompok peramal yang jauh lebih hebat dari Paul the Octopus. Ramalan mereka sangatlah tepat dan akurat! Langsung menuju ke sasaran!
Pertanyaannya adalah, siapakah peramal-peramal hebat itu? Apakah Deddy Corbuzier? Bukan! Mama Laurent? Bukan juga! Baiklah, baiklah, daripada penasaran, saya akan mengungkapkannya....
Mereka adalah anggota Mesis 21, alias Birulangit.
(bener kan 21? maaf nih nggak update!)
Bagaimana mereka bisa mendapatkan gelar peramal hebat ini?
Semua itu bermula ketika kami semua sedang menjalani proses kaderisasi Mesis (Media Siswa) di SMA. Saat itu saya tidak tahu kalau saya bertemu seorang cowok yang kelak akan menjadi tambatan hati saya. Ah sudahlah, biar itu diceritakan nanti saja. Intinya, saya saat itu hanya sebatas kenal dengan cowok itu. Hanya sebatas tahu nama, dan selebihnya saya berpikir dia hanya, "seorang calon anggota Mesis, sama seperti saya".
Dan saya tidak tahu kena angin apa, tahu-tahu teman-teman saya sesama caang Mesis, Thito dan Al, mulai menggosipkan saya dengan dia. Sampai sekarang pun saya tidak tahu kenapa. Padahal saat itu saya bahkan tidak kenal dengan dia, hanya tahu bahwa dia anak inter dan caang mesis juga. Tidak ada kedekatan yang spesial di antara kami. Saya sempat menduga bahwa mungkin dia yang naksir saya, tapi setelah kami betul-betul pacaran dan saya bertanya padanya, dia bilang tidak. Saya juga sempat menginterogasi Al, tapi jawabannya hanyalah, "Gue kan bisa ngeramal!" yang bagi saya hanyalah jawaban asal.
Meski saya tidak mengerti sebabnya, setelah saya digosipkan seperti itu dengan dia, saya malah jadi semakin dekat dengan dia. Awalnya ketika kami bersama-sama membuat mading bulan Februari. Sebenarnya itu bukan tugasnya, tapi dia rela membantu, dan sejak itu kami jadi suka ngobrol basa-basi kalau ketemu.
Dan entah bagaimana, semakin sering kami bertemu, semakin saya tertarik padanya. Tidak ada alasan yang spesial menurut saya, tapi saya rasa kami bisa "nyambung" kalau ngobrol. Selain itu, saya tidak pernah punya pengalaman baik dengan cowok-cowok yang digosipkan dengan saya, di mana mereka akhirnya selalu menjauhi saya dan kemudian pacaran dengan orang lain. Tapi dia terlihat tidak peduli dengan gosip yang sudah menyebar seangkatan ini. Saya pun makin kagum dan tertarik padanya. Tapi saya terlalu pemalu untuk mengungkapkan rasa ini. Lagipula saya merasa, menjadi temannya saja sudah cukup. Begitu pikiran saya saat itu.
Memang ada beberapa kejadian yang cukup membekas di hati saya sampai sekarang. Saat itu hujan, dan saya duduk berteduh di kos-an ijo (salah satu tempat nongkrong favorit saya dan teman-teman sekelas, karena letaknya tepat di seberang sekolah, 3 teman sekelas saya kost di sana, dan ada kantinnya juga kalau mau makan atau minum) sambil menunggu sopir saya datang menjemput.
Dan dia datang ke sana, bilang kalau sopirnya juga terperangkap kemacetan. Kebetulan saat itu saya sedang membawa Bolavaganza baru yang ada artikelnya tentang Andrei Arshavin. Saya yang merupakan penggemar Arsenal langsung memuji Arshavin habis-habisan, sementara dia yang penggemar MU berusaha merendahkan Arshavin dan memuji beberapa pemain MU (believe me, kita masih melakukan ini sampai sekarang!).
Akhirnya, saya dan dia asyik mengobrol sampai tidak terasa waktu berlalu. Bahkan saya kesal ketika sopir saya datang akhirnya, karena itu artinya saya harus pulang dan tak bisa lagi mengobrol dengan dia. Saya pun membuka payung dan berjalan ke mobil. Dan ketika saya menengok, apa yang saya lihat? Dia berlari menembus hujan, tanpa payung.
Seandainya saya tahu....pasti sudah saya tawarkan payung ini. Toh cuma perjalanan singkat ke mobil, tak mencapai semeter.
Kemudian saya lulus. Saya merasa bahwa harapan saya untuk bertemu dia lagi sangatlah tipis. Saya akan kuliah, sementara dia akan tetap menjalani SMA-nya setahun lagi (saya masuk akselerasi, ingat?). Saya pun memutuskan untuk memendam saja perasaan ini, seperti yang saya pernah lakukan berkali-kali sebelumnya.
Tapi suatu kali dia mengirim message pada saya di Facebook dan meminta pin Blackberry saya. Saya sangat senang dan memberikan kepadanya. Sejak saat itu, kami mulai saling ber-BBM. Tidak ada yang cukup istimewa dari percakapan-percakapan kami, tapi itulah yang membuat saya gerah. Saya sadar, bahwa saya sangat menyukai dia, dan akhirnya saya memberanikan diri mengatakan kepadanya.
Dan ternyata dia menyambut perasaan saya. Dia ternyata juga menyukai saya. Dan sejak saat itu, kami resmi pacaran.
Dan siapa yang paling heboh mendengar berita ini? Tentu saja para peramal hebat dari Mesis 21!
Sungguh menakjubkan. Ramalan yang sangat tepat. Lebih hebat dari Paul the Octopus.
Oh, seandainya saat ini saya bisa bertemu kalian dan mengatakan hal itu. Sungguh saya berterima kasih kepada kalian. Karena kalian telah menunjukkan pada saya cowok terbaik dalam hidup saya saat ini, bahkan sebelum saya kenal padanya!
Mungkin, suatu saat nanti, saya bisa mempromosikan mereka untuk menggantikan Mama Laurent.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar