Jumat, 09 September 2011

pengalaman sebagai fasil PSAF.... (Day 1)

Tanggal 15-16 Agustus lalu, seperti biasa FKUI mengadakan Pengenalan Sistem Akademik Fakultas (PSAF). Dan seperti tahun lalu, saya mendaftar sebagai panitia. Kali ini, saya masuk sie Fasilitator, berhubung saya sudah masuk angkatan yang cukup tua (hehehe).

Saya terpilih untuk memfasili kelompok 1 bersama Kak Dani, senior saya dari angkatan 2007 yang saya belum terlalu kenal. Oh, saya tahu Kak Dani, tentu, berhubung dia pernah menjadi calon ketua senat, tapi saya belum terlalu mengenalnya secara pribadi. Karena itu, kami baru benar-benar mendiskusikan pembagian tugas pagi-pagi saat kumpul fasil sebelum maba datang.

Dengan suit, diputuskan bahwa Kak Dani akan menemani maba untuk tur intrakampus, sementara saya menunggui maba telat. Kemudian, kami akan memeriksa tugas bersama-sama, barulah saya menemani maba untuk jumpa pahlawan. Kami juga sepakat kalau Kak Dani akan mengikuti sidang maba di hari pertama, sementara saya mengikuti sidang di hari kedua.

Setelah menyepakati itu semua, saya dan Kak Dani bergegas ke lapangan parkir depan untuk menyambut maba. Para maba belum berkumpul, namun para panitia sudah tersebar di segala penjuru lapangan. Beberapa saat kemudian, saya mendengar panitia Keamanan mulai berteriak-teriak, pasti maba sudah mulai datang. Benar adanya, sosok-sosok berbalut seragam putih dan hitam mulai berlarian memasuki lapangan parkir, menyandang tas karung putih dengan makara hijau dan tulisan FKUI 2011, mengenakan berbagai atribut khas PSAF.

Saya dan Kak Dani pun menyiapkan lembar penilaian, nametag peserta, dan trashbag yang akan dipakai untuk mengumpulkan tugas dan barang maba. Kami berkata kepada maba, "Tolong keluarin semua barang-barangnya ya dek. Saya mau cek."

Selama beberapa waktu, saya dan Kak Dani sibuk mengecek kelengkapan barang-barang maba, mengumpulkan tugas dan barang berharga, membagikan nametag, dan sebagainya. Saking hecticnya, saya sampai sedikit panik saat maba sudah diperintahkan meninggalkan lapangan padahal saya belum selesai menceklis. Pada akhirnya, Kak Dani meninggalkan lapangan untuk menemani tur intrakampus, sementara saya menunggui beberapa maba dari kelompok saya yang terlambat.

Setelah maba telat mengikuti tur intrakampus, saya meninggalkan lapangan parkir dan menuju lapangan multifungsi, tempat maba-maba yang tidak telat sedang berdiskusi bersama kelompoknya masing-masing mengenai tur yang tadi mereka ikuti. Saat saya datang, diskusi sudah hampir berakhir. Dalam hati, saya agak jengkel karena saya belum sempat berkenalan dengan maba-maba kelompok saya, karena saat briefing PSAF juga Kak Dani yang mengurus mereka. Tapi paling tidak saya masih bisa ikut diskusi meski sebentar.

"Kak, di departemen faal itu belajar apa sih?" tanya salah satu maba.

"Faal itu belajar fungsi-fungsi tubuh," saya menjawab. "Misalnya....gimana mekanismenya pertukaran oksigen di darah. Gitu deh. Itu mata kuliah paling susah."

"Dan ati-ati, soalnya dosennya killer semua," sambung Kak Dani.

"Dokter Drakula nggak killer ah kak," bantah saya.

"Siapa Dokter Drakula?"

"Dokter Tomi," jawab saya tanpa dosa.

"Yaah, tapi sebagian besar killer lah!"

Akhirnya, diskusi berakhir dan maba diantar ke aula untuk mengikuti seminar. Sementara itu, saya dan Kak Dani menyeret trashbag berisi tugas maba untuk diperiksa. Inilah bagian yang paling saya takuti. Kami harus selesai sebelum seminar usai, karena setelah itu saya harus menemani maba jumpa pahlawan.

Pada saat memeriksa itu, saya jadi tahu satu hal: Kak Dani itu TOA banget. Oke, saya emang pernah ngedenger suaranya waktu orasi calon ketua senat dulu, tapi waktu itu saya nggak terlalu deket darinya. Dan sekarang, saya duduk tepat menghadap Kak Dani dan harus mendengar teriakannya beberapa menit sekali setiap kali ada tugas yang bermasalah. Beginilah kira-kira cuplikannya:

Saya: Kak Dani, gimana nih kalo tugasnya kayak gini.... *nunjukin*

Kak Dani: ADEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE!!!

Kak Ade: (PJ fasil): Ya kak?

Kak Dani: Ini gimana tugasnya, bla3x....

Kak Ade: Oh, gini kak.... *ngejelasin*

Kak Dani dan saya: *lanjutin meriksa*

Saya: *beberapa saat kemudian* nah, kalo gini gimana kak?

Kak Dani: TIM TIGAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!

Tim 3 (Maela/Nyayo/whoever): Ya kak?

Kak Dani: kalo ini gimana bla3x...

Dan seterusnya, dan seterusnya.

Tapi saya lumayan seneng lho kerja sama Kak Dani. Meskipun saya berpendapat Kak Dani itu terlalu baik. Saat memeriksa, saya nemuin banyak kesamaan dalam tugas maba dan saya ngasih tau Kak Dani, tapi Kak Dani bilang kalo belum 100% sama, dia nggak akan nganggep plagiarisme. Yo wis, berhubung Kak Dani itu senior saya, saya nurut aja.

Akhirnya, selesai meriksa tugas. Bersama beberapa fasil lain yang juga ditugaskan menemani tur intrakampus, saya menunggu di pintu yang menuju bangsal potong. Kami menunggu beberapa saat. Karena saya fasil kelompok 1, tentunya kelompok saya datang duluan. Begitu mereka sampai di dekat saya, saya langsung membimbing mereka menyusuri jalur yang menuju bangsal potong dan menempatkan mereka mengelilingi sebuah meja yang di atasnya sudah dibaringkan kadaver.

Salah seorang maba tampak menutup hidungnya. Mungkin nggak tahan sama bau formalin. Tapi saya agak heran, karena menurut saya aromanya sih nggak terlalu menyengat. Mungkin saya udah tersensitisasi kali ya? Salah satu anak keamanan mendekati maba itu dan memintanya untuk menurunkan tangannya. Setelah semuanya masuk, acara jumpa pahlawan pun dimulai. Biasa deh, maba disuruh ngeliatin kadaver di depannya sementara ada satu orang di depan yang nyeritain gimana pentingnya kadaver itu bagi anak FK. Dua orang maba di kelompok saya nangis, meski saya nggak tau itu karena uraiannya atau karena matanya perih kena formalin.

Selesai jumpa pahlawan, saya nemenin maba ke museum anatomi. Saya bilang, "Habis ini nggak akan se-nyeremin yang tadi kok. Tapi nikmatin ya, soalnya kalian kemungkinan besar nggak akan bisa masuk museum ini lagi."

Dan mereka emang cukup nikmatin, sejauh yang saya lihat. Mereka banyak nanya soal sediaan-sediaan yang ada di sana (yang kebanyakan saya jawab asal-asalan, hahaha). Tapi ada juga yang saya jawab dengan bener kok, misalnya sediaan lidah (yang bagus banget, nggak kayak sediaan pas saya ujian anatomi GI sama respi), sediaan kembar siam, dan sebagainya. Saya juga nunjukin beberapa sediaan sendi yang bisa digerakin. Sayangnya, karena waktu nggak cukup, saya nggak sempet nunjukin semuanya. Mereka ke aula lagi untuk seminar tips and trik, sementara saya nyari tempat buat tidur sampai briefing sidang.

Selebihnya, nggak banyak yang saya lakuin sampe PSAF selesai, soalnya Kak Dani yang ikut sidang. Tapi waktu maba ikut dinamika, saya bolak-balik antara lapangan multifungsi dan ruang kesehatan, soalnya 3 maba kelompok saya ada di sana. Salah satunya, namanya Dyna, bahkan sampe pingsan di depan ruang konferensi anatomi (ruang sidangnya kelompok saya). Ngakunya sih karena dia ngeliat "sesuatu" di depan ruangan itu (err....). Saya rasa sih, usaha saya ini yang bikin para maba kelompok saya jadi suka sama saya, hehehe.

Akhirnya, PSAF hari pertama selesai. Saya dan Kak Dani ngembaliin semua tugas dan barang berharga maba. Kami juga ngasih beberapa nasihat buat mereka, terutama buat satu orang yang dapet strata mayor. Setelah evaluasi panitia, saya langsung pulang. Capek banget. Tapi saya seneng lho jadi fasil, apalagi masih ada satu hari lagi....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar