Minggu, 17 Juli 2011

Hati-hati Menggunakan Gula!


“Ganti gula Anda dengan gula jagung!”


Merasa familiar dengan kalimat seperti di atas? Tidak heran, mengingat kalimat tersebut cukup sering digunakan oleh sebuah produsen gula jagung untuk mengiklankan produknya. Gula jagung memang diagung-agungkan sebagai gula rendah kalori yang aman dikonsumsi, bahkan oleh penderita diabetes mellitus (DM).

Sebenarnya apa itu gula? Secara awam, gula dapat didefinisikan sebagai suatu bahan yang dapat menimbulkan rasa manis pada makanan. Secara kimia organik, gula pasir yang biasa kita gunakan sehari-hari mengandung sukrosa yang merupakan suatu disakarida gabungan dari glukosa dan fruktosa. Tubuh memerlukan gula sebagai sumber energi bagi sel-sel tubuh dan otak demi menjaga kelangsungan metabolisme, pertukaran zat, dan pemecahan karbohidrat dari makanan. Kebutuhan kalori per hari bagi wanita dewasa adalah 2000 kalori, dan pria dewasa 2400 kalori, dengan kebutuhan gula kira-kira sepuluh persennya.

Selama ini, masyarakat terobsesi dengan persepsi bahwa “gula menyebabkan diabetes”. Persepsi itu tidak sepenuhnya salah. Timbulnya DM memang didorong oleh tingginya kadar gula dalam darah. Jika seseorang memakan makanan yang mengandung banyak kalori (karbohidrat), karbohidrat tersebut akan dipecah di usus menjadi glukosa yang kemudian diabsorpsi ke darah dan menaikkan kadar gula darah. Karena itu, kadar gula dalam darah tidak hanya ditentukan oleh gula pasir, melainkan juga jumlah kalori yang dikonsumsi. Bagaimanapun, persepsi tersebut masih berlaku sehingga masyarakat berusaha mencari alternatif lain untuk menghindari DM namun tetap dapat mengonsumsi makanan manis. Salah satu alternatif tersebut adalah gula jagung.

Gula jagung, atau nama lainnya high fructose corn syrup (HFCS) adalah suatu sirup yang didapatkan dari pati jagung. Gula ini diproduksi dengan mengubah pati menjadi glukosa melalui proses enzimatis, lalu melalui proses enzimatis lain diubah menjadi fruktosa yang memiliki rasa manis 1,7 kali lipat glukosa. Meski rasanya lebih manis, gula jagung diklaim sebagai “gula rendah kalori” yang aman dikonsumsi bahkan bagi penderita DM seperti yang sudah disebutkan di atas tadi. Mengapa?

Fruktosa merupakan suatu substansi yang termasuk dalam golongan monosakarida sederhana. Fruktosa banyak ditemukan dalam madu, beri, melon, dan buah-buahan pohon, karena itu disebut sebagai gula buah. Karena fruktosa berbeda dengan glukosa, mekanisme regulasi keduanya pun berbeda. Saat glukosa terlepas ke darah, tubuh mengeluarkan insulin yang akan mengaturnya. Fruktosa tidak turut diatur oleh insulin, karena itu dianggap bahwa fruktosa memiliki efek baik pada penderita DM tipe II yang kekurangan insulin.

Klaim tersebut terpecahkan oleh sebuah penelitian di University of Canada pada tahun 2007. Penelitian tersebut membandingkan peningkatan kadar trigliserida pada orang-orang dewasa dengan obesitas yang diberi minum minuman yang mengandung fruktosa dan glukosa selama sepuluh minggu. Ternyata, hasil menunjukkan bahwa setelah dua minggu minum minuman berfruktosa, kadar trigliserida dalam darah meningkat hanya dalam 24 jam setelah makan. Sedangkan orang-orang yang minum minuman berglukosa justru memberikan hasil sebaliknya, kadar trigliserida mereka mengalami penurunan.

Penelitian lain pada tahun 2010 yang diterbitkan dalam Journal of American Society Nephrology (JASN) menyebutkan bahwa fruktosa juga memiliki efek meningkatkan resiko hipertensi. Diana Jalal, MD dari Pusat Ilmu Kesehatan Universitas Colorado, Denver, melakukan penelitian dengan subyek berjumlah 4.528 orang berusia 18 tahun tanpa riwayat hipertensi sebelumnya. Penelitian ini menemukan bahwa konsumsi 74 gram atau lebih fruktosa per hari dapat meningkatkan resiko tekanan darah menjadi 160/100 mmHg (dengan asumsi tekanan darah normal 120/20 mmHg) sebanyak 77%.

Bagaimana cara fruktosa memberikan efek tersebut? Ternyata, fruktosa diproses dan diregulasi di hati untuk diubah menjadi glukosa. Jika terlalu banyak fruktosa yang memasuki tubuh, hati akan kesulitan mengubah seluruh fruktosa menjadi glukosa. Sebagai akibatnya, sebagian besar fruktosa akan diubah menjadi lemak yang kemudian disimpan dalam bentuk trigliserida. Trigliserida yang terlalu tinggi dalam darah dapat menjadi faktor resiko penyakit jantung, mengganggu sinyal yang mengatur nafsu makan, dan menyebabkan resistensi insulin. Resistensi insulin inilah yang dapat memperparah DM.

Alternatif lain adalah menggunakan produk-produk “sugar free”. Produk-produk seperti ini menggunakan pemanis buatan agar tetap terasa manis. Pemanis buatan memang tidak mengandung kalori sehingga tidak akan menyebabkan DM. Namun beberapa jenis pemanis buatan diketahui berbahaya untuk tubuh, seperti sakarin yang bisa menimbulkan kanker.

Pada faktanya, pemanis terbaik yang bisa kita gunakan memang gula pasir atau gula tebu. Namun, kenyataan bahwa gula tidak menyebabkan DM bukan berarti kita boleh mengonsumsi gula sebanyak-banyaknya. Gula tetap harus dikonsumsi, namun tentu saja harus sesuai dengan kebutuhan kita sehari-hari, karena segala yang berlebihan itu tidak baik. Sebelum memakan sesuatu, alangkah baiknya jika kita mencari tahu terlebih dahulu nutrisi yang terkandung dalam makanan tersebut. Dan jangan terlalu mudah terbujuk oleh iklan yang mengatakan bahwa produk ini dan itu adalah aman walau kenyataannya dapat berdampak buruk pada tubuh kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar