Sabtu, 16 Juli 2011

Katanya Toleransi Beragama, Tapi....

Sebelum itu, saya ingin menyatakan bahwa dalam postingan ini, saya sama sekali tidak bermaksud menyinggung SARA. Oh, saya menganut toleransi beragama. Saya hanya ingin mengemukakan pikiran saya mengenai toleransi beragama yang berjalan di kampus saya.

Saya seorang mahasiswi kedokteran, menganut agama Islam dan berjilbab (saya tambahkan ini karena saya rasa ini bisa menjadi alasan mengapa saya sedikit sensitif terhadap topik yang akan saya kemukakan ini). Di semester 4 ini, saya harus mengikuti ujian logbook Keterampilan Klinik Dasar (KKD) yang salah satunya adalah memasang EKG.

Sekedar informasi, dalam pemasangan EKG ini tidak seperti pemeriksaan fisik di mana satu orang bisa diperiksa tujuh mahasiswa sekaligus, tapi satu orang percobaan (OP) harus diperiksa satu mahasiswa. Elektroda-elektroda yang dipasang di dada meninggalkan bekas, sehingga jika satu orang diperiksa oleh banyak mahasiswa, keenakan dong mahasiswa yang mendapat giliran memasang berikutnya? Tapi tidak mungkin menyediakan OP untuk 200-an mahasiswa, jadi solusinya? Semua mahasiswa harus jadi OP. Dan yang saya maksud, semuanya. Termasuk mahasiswi.

Kebijakan fakultas memang meminta perempuan hanya memeriksa sesama perempuan, namun tetap saja itu membuat kami gerah. Sebab (ini fakta yang baru saya ketahui belakangan), perempuan non muslim juga bukan mahram kami, sehingga kami tak boleh membuka aurat di depan mereka. Pergilah beberapa orang perempuan dari angkatan saya, mencoba melobi orang-orang departemen F*** yang mengurus EKG agar muslimah hanya memeriksa sesama muslimah.

Mulanya, semua tampak berjalan lancar. Teman saya maju ke depan kelas dan memohon pengertian kepada seluruh angkatan, dan mahasiswi-mahasiswi non muslim tidak keberatan. Memang, ini setelah kelompok saya ujian EKG, tapi syukurlah saat itu satu-satunya mahasiswi non-muslim di kelompok saya menunda ujiannya karena ada konferensi di Padang.

Namun hal ini ternyata tercium oleh departemen F*** yang sayangnya, sebagian besar pengurusnya non muslim. Dan mereka dengan tegas berkata, TIDAK! Mereka tidak mau mengerti, dan tidak mau mengerti bahwa kami hanya ingin melaksanakan ajaran agama kami. Bagi mereka, urusan akademik tidak seharusnya dicampurkan dengan agama. Perempuan hanya memeriksa sesama perempuan, tak peduli muslimah atau non-muslimah, titik.

Saya sungguh pedih saat menyadarinya. Bagaimana mungkin di negara yang "katanya" menjunjung tinggi toleransi beragama ini, hal seperti itu terjadi. Terlebih lagi, universitas di mana saya menuntut ilmu ini adalah universitas terpandang, universitas terbaik di negeri ini, universitas yang menjunjung nama negara. Namun sekarang, jelas-jelas di depan mata saya, universitas ini melakukan sesuatu yang menentang negara!

Ah, saya jadi teringat pelajaran sejarah saat saya masih sekolah dulu. Saat itu, saya diceritakan bahwa rumusan Pancasila sila pertama yang asli adalah "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya". Sesungguhnya di antara perumus Pancasila saat itu ada seorang non-muslim, namun beliau tidak keberatan dengan rumusan ini. Meski pada akhirnya sila pertama diubah menjadi "Ketuhanan yang Maha Esa" demi mengakomodasi penduduk Indonesia yang non-muslim, hal ini sudah menunjukkan toleransi beragama dari sang perumus Pancasila (maaf, saya lupa namanya).

Saya juga teringat upacara bendera di sekolah saya. Saat SMP dan SMA, saya bersekolah di sekolah negeri, di mana semua agama saling bercampur. Saya mengira bahwa doa yang dibacakan saat upacara akan menjadi doa yang "netral" tidak seperti doa yang diajarkan di SD saya (saya berasal dari SD Islam). Tapi ternyata doa masih menggunakan bahasa Arab dan menyebut-nyebut nama Allah, dan semua teman saya yang non-muslim tetap menyimak. Itu satu contoh toleransi beragama lagi.

Dan sekarang, di universitas terbaik di negeri ini, toleransi beragama itu ditolak.

Sebagai mahasiswa yang tidak punya kuasa, saya hanya bisa pasrah. Namun saya yakin, bahwa Allah SWT Maha Melihat. Dia melihat semuanya dan tahu bahwa ini semua bukan kesalahan kami. Yang penting, kami telah mengusahakan yang terbaik.

Ya Allah, bukakanlah mata para dosen itu. Jika memang kami tidak bisa mendapatkan yang kami inginkan, biarkanlah adik-adik kami dari angkatan 2010 tidak harus mengalami hal seperti ini. Semoga mereka dapat ujian dengan lancar dan muslimah tidak harus diperiksa non-muslimah.

Terinspirasi dari postingan blog teman saya: http://inspirethesphere.blogspot.com/2011/07/not-to-give-up.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar