Jumat, 30 Juli 2010

Puisi Cinta The Reds

Ini bukan tulisan gue. Ini adalah puisi yang ditulis cowok gue buat gue semalem. Dan puisi ini sukses bikin gue ketawa ngakak sekaligus terharu pas gue bacanya. Okey, enjoy it!


‎​Perasaan rindu ini memenuhi hatiku, sayang
Memantul-mantul bak bola pantai merah yang membal,
Lalu melayang

Aku merasa tak berdaya, sayang
Bagaikan burung merah yang sayapnya patah
Aku lemah

Bagaikan burung merah yang ditinggalkan Pak Kumis majikannya,
Aku tak berdaya

18 hari tak bersua, sayang
Rasanya bak 18 tahun
Merindukanmu, sayang
Seperti si merah yang merindukan tropi
Yang tak kunjung datang

Aku tak mau berjalan sendiri, sayang.
Aku tak mau berjalan sendiri.

Selasa, 27 Juli 2010

Kapak

Oh, ya, aku mencintaimu
Sungguh, aku mengagumimu
Tapi maaf saja, aku tidak bisa membahagiakanmu

Oh, barangkali aku bisa
Ya, ada saat-saat di mana kau bisa bahagia
Tapi maaf saja, saat-saat itu tak akan lama
Karena aku tak mau membuatmu bahagia

Ya, aku memang bisa membuat kau bahagia
Tapi entah kenapa, aku lebih suka melihatmu menderita!
Wajahmu saat tersenyum memang tampan
Tapi aku lebih suka melihat wajahmu menahan siksaan!

Ah, kau tidak tahu bagaimana nikmatnya menyiksa
Melihat orang yang kausayangi menderita
Setiap kali kau menginginkannya!

Maaf, tapi penderitaanmu belum selesai
Aku masih menyimpan beberapa siksaan lagi
Aku masih ingin melihat wajah pucatmu bersimbah keringat
Tinggal tunggu saja waktu yang tepat

Selasa, 20 Juli 2010

Dua Surat Cinta

Kemarin, gue mendapat dua surat cinta.
Tentu saja, asalnya dari dua cowok yang berbeda.
Dua surat cinta yang gue yakin tulus dari hati.
Dan itu bukan dari cowok gue huhuhuh.
Gimana gue bisa mendapatkan dua surat cinta itu?
Semua ini bermula saat gue jadi panitia SAVE AA (Share Love to Adik Asuh) yang diadain PPAA (Program Peduli Adik Asuh) di mana kita ngajakin adik-adik asuh ke Planetarium. Acara itu gue bilang lumayan sukses, adek-adek seneng ngeliat bintang-bintang dan planet-planet di tata surya, dan dapet pengetahuan juga.
Dan setelah acara selesai, adek-adek masing-masing dapet selembar kertas dan disuruh menulis "Surat Cinta Adek Asuh". Beberapa adek asuh malah dibolehin ngebacain suratnya di depan semua orang. Surat-surat itu bikin gue terharu, apalagi dari satu adek yang bilang gini, "maaf ya, karena sekolah kami, kakak-kakak semua jadi repot."
Aduh adekku tersayang....nggak ada yang terlalu repot buat kamu, ini udah kewajiban kita!
Tapi yang bikin gue lebih seneng adalah ketika gue ngumpulin surat-surat cinta dari adek-adek asuh di kelompok gue, ada dua surat yang ditujuin khusus buat gue. Gue nggak tau sih mereka nulis itu emang spesial buat gue atau karena mereka nggak afal namanya Riko dan Kak Sabrina yang juga jadi fasil kelompok mereka bareng gue, tapi gue tetep seneng.
Ada juga adek yang nulis, "semoga Kak Tata tambah manis" owww God, so sweeeeeeett....
Gue bahagia banget dapet surat-surat cinta itu. Gue janji, gue bakal simpen beberapa surat itu buat diri gue sendiri.
Makasih ya, adek-adek asuhku tersayang, kalian semua bikin gue lupa kalo gue capek ngurusin kalian semua seharian ini dengan surat-surat cinta kalian yang polos itu. Tahun depan kita jalan-jalan lagi ya!

Minggu, 18 Juli 2010

My Favorite Footballers

Hari ini, gue pengen sedikit berbagi cerita tentang pemain-pemain sepak bola favorit gue. Yeah, u know that I'm a big fan of football. Selain itu, gue rasa blog ini udah penuh banget sama tulisan, nggak enak kan dibacanya? Makanya, buat cuci mata, gue suguhkan foto cowok-cowok ganteng yang dijamin akan memanjakan mata anda selama beberapa saat, hahaha....
Anyway, here they are....

1. Fernando Torres
He is, and will always be my favorite football player. Sejak pertama kali gue ngeliat dia di Piala Dunia 2006, nggak sekali pun gue pernah berpindah hati dari dia *tsaaaaahh*. Gue suka dia karena dia ganteng, selain itu mainnya keren dan rambutnya pirang (gue agak punya fetish sama cowok pirang). Kekurangan: udah punya istri :'(

2. Cesc Fabregas
Gue pertama kali ngeliat dia di majalah Free Kick, di mana dia dibilang sebagai salah satu talenta besar di Spanyol dan Arsenal. Gue tambah tergila-gila waktu dia dijadiin kapten Arsenal meskipun umurnya waktu itu masih 22 tahun.

3. Robin van Persie
Muda, ganteng, keren, mainnya bagus, Islam lagi. Yep, itulah yang bisa menggambarkan Van Persie. Meskipun gue agak kesel karena dia suka terkesan nyembunyiin keislamannya, tapi permainannya di lapangan bagus banget. Selama dia terkapar gara-gara cedera, lini depan Arsenal nggak terlalu tajem.

4. Lionel Messi
Pemain asal Argentina yang biasanya dijulukin titisan Maradona ini emang salah satu favorit gue juga. Selain karena mainnya yang emang bagus banget, mukanya juga imut hehehe. Meskipun gue sempet benci sama dia yang bikin Arsenal kalah lawan Barca di Liga Champions, gue tetep suka sama dia....

5. David Villa
Striker asal Asturias yang baru dibeli Barcelona ini juga salah satu pemain kesayangan gue. Yeah, harus gue akuin dia jauh lebih produktif daripada Torres di timnas. Selain itu muka gentlenya nggak nahan!

6. Andrei Arshavin
Playmaker asal Rusia yang mukanya imut ini adalah salah satu pembelian terbaik Arsenal. Di musim pertamanya, dia berhasil masukin 4 gol ke gawang Liverpool dan bikin Arsenal seri 4-4. Selain itu, dia punya anak namanya Artem yang lucuuuuuuuuuuuuuuuu banget!

7. Bastian Schweinsteiger
Pemain bola asal Jerman, main di Bayern Muenchen, dan salah satu midfielder terbaik saat ini. Awalnya gue benci banget sama dia gara-gara dia nyetak dua gol pas Jerman lawan Portugal di perebutan juara ketiga Piala Dunia 2006 dan bikin Jerman menang, tapi belakangan jadi suka. Gue rada curiga kalo dia albino, soalnya rambutnya pirang dan matanya ijo, padahal kakaknya rambutnya item...

8. Lukas Podolski
Pemain Jerman juga, tapi asalnya dari Polandia, main di FC Koeln. Poldi ini agak aneh. Di klub dia sering melempem, tapi di timnas dia produktif banget! Waktu Piala Dunia 2006, dia sempet dapet penghargaan Pemain Muda Terbaik.

9. David Silva
Pertama kali menarik perhatian gue karena dia nggak terlalu ganteng, tapi mukanya manis. Belakangan, dia nunjukin diri sebagai salah satu aset penting di timnas Spanyol dan Valencia. Sempet jadi vital pas Spanyol menang Euro, dia justru lebih banyak dicadangin pas Piala Dunia. Sekarang dia baru aja pindah ke Manchester Shitty (grrrrr!!!).

10. Miroslav Klose
Meski udah bisa dibilang tue, Miro tetep salah satu pemain favorit gue. Punya "penyakit" yang sama kayak Poldi, di klub nggak bagus, di timnas produktif banget, sampe pernah dapet gelar top skorer di Piala Dunia 2006.

11. Thomas Mueller
Youngster asal Jerman yang sukses bikin gue tergila-gila karena penampilannya di Piala Dunia. Baru sekali ini main di Piala Dunia tapi udah ngeraih trofi Golden Boot plus Pemain Muda Terbaik! Tampangnya juga imut...

12. Aaron Ramsey
Youngster asal Wales ini emang belom lama main di Arsenal. Tapi dia udah sempet jadi tumpuan Arsenal di lini tengah sebelum akhirnya terkapar karena patah kaki. Anehnya, pas ditekel itu bukannya dia yang nangis, malahan penekelnya yang nangis! Gue falling in love sama dia at first sight karena mukanya yang imut dan senyumnya yang nggak nahan!

13. Carlos Vela
Pemain asal Meksiko yang juga salah satu youngster di Arsenal. Posisinya striker, dia sejauh ini belum terlalu banyak ngasih gol buat Arsenal tapi dia punya talenta bagus dan banyak yang memprediksikan dia bakal jadi salah satu bintang di masa depan.

14. Gerard Pique
Bek asal Barcelona yang pernah main di Manchester United ini juga salah satu pemain favorit gue. Posturnya tinggi banget, makanya cocok buat jadi bek. Dia juga jadi salah satu pemain utama di timnas sekarang, tandemnya Puyol.

15. Andres Iniesta
Midfielder asal Spanyol yang juga main di Barcelona. Juga salah satu pemain vital buat timnas Spanyol, karena dia sempet nyetak satu gol waktu Spanyol ketemu Belanda di final Piala Dunia dan bikin Spanyol menang.


Yak, itulah 15 pemain sepak bola favorit gue. Masih banyak sih yang gue suka, tapi gue nggak sanggup nulis semuanya. Lain kali, mungkin gue bakal nulis part kedua. See ya!

Sabtu, 17 Juli 2010

Betapa Besar Ambisi Saya!

Pagi ini, iseng-iseng gue membuka binder lama gue.
Binder yang gue pake saat SMA, yang udah penuh dengan berbagai catatan pelajaran, coret-coret nggak jelas, cerpen yang gue tulis saat bosen dengan pelajaran, beberapa gambar pemain bola, dan macem-macem lagi.
Tapi perhatian gue nggak tertuju sama hal-hal yang gue sebutkan itu.
Melainkan pada selembar kertas, yang berada di halaman terdepan binder gue.
Tentu saja gue yang naroh di situ, dengan tujuan waktu gue ngebuka binder, halaman itu adalah yang pertama kali gue baca.
Dan selembar kertas itu dengan sukses menampar gue.
Kenapa, oh kenapa?
Oke, bakal gue bongkar isinya.
......


MY GOALS

1. Chemical Engineering - National University of Singapore
2. Chemical and Biomolecular Engineering - Nanyang Technological University
3. Computing - National University of Singapore
4. Computer Science - Nanyang Technological University
5. Information Engineering and Media - Nanyang Technological University
6. Bioengineering - National University of Singapore
7. Bioengineering - Nanyang Technological University
8. Pendidikan Dokter - Universitas Indonesia
9. Teknik Informatika - Institut Teknologi Bandung
10. Ilmu Komputer - Universitas Indonesia
11. Ilmu Komputer - Institut Teknologi Bandung
12. Teknik Kimia - Universitas Indonesia
13. Teknik Kimia - Institut Teknologi Bandung
14. Pendidikan Dokter - Universitas Padjajaran


......
Ya, itu adalah catatan impian masa SMA gue.
Sepotong kertas yang menjadi penyemangat gue selama SMA untuk meraih segala cita-cita gue.
Lihat betapa ambisiusnya gue di situ. Nggak kurang dari lima universitas - NUS, NTU, UI, ITB, dan UNPAD - menjadi sasaran gue.
Terutama NUS dan NTU, di mana gue bener-bener berjuang keras buat diterima di sana dengan ngikutin bimbel A Level di St. Ignatius.
Bimbel sampe jam 10 malem? Gue jabanin!
Try out empat kali seminggu? Nggak masalah!
Liburan gue abis demi intensif belajar kimia? Oke deh!
Pokoknya, waktu itu segalanya demi NTU dan NUS.
Sampe gue nggak masuk sekolah sehari sebelum ujian demi mempersiapkan diri.
Tapi....apa yang terjadi?
Gue gagal.
Pilihan gue dari nomor 1 sampe 7 pun lenyap jadi debu.
Gue marah. Apa usaha gue selama ini belum cukup? Gue udah capek-capek belajar dan cuma ini hasilnya? Rasanya gue pengen nangis.
But life rolls on. Gue tetep nunggu hasil yang lain.
Jujur, waktu gue ikut SIMAK, gue nggak seberapa optimis karena itu seminggu setelah gue tes NTU, dan persiapan gue bisa dibilang abal-abal banget. Dan gue nggak ikut USM ITB, UM UGM, UM UNDIP and whatsoever (rencananya kalo gue gagal di SIMAK, baru gue ikut USM 2 dan SMUP). And somehow, gue bisa ngerjain ujian itu.
Tapi, pengumuman di tanggal 4 April itu mengubah segalanya.
Pengumumannya di tengah malem, dan gue susah tidur.
Sampe nyokap dateng ke kamar dan bisik, "Kak, kamu diterima. Kedokteran.".

Sekarang ke mana perginya segala impian-impian gue?
Apakah gue dengan sebegitu gampangnya melupakan semua itu begitu gue diterima kuliah?
Ke mana semangat belajar gue yang begitu membara buat diterima di NTU?
Ah, ternyata semua itu masih ada.
Terkubur jauh di dalam, menunggu seseorang untuk menggalinya.
Dan itulah yang akan gue lakukan.

Kamis, 15 Juli 2010

Sedikit "spoiler" tentang novel gue...

Berhubung kuliah lagi libur (meskipun banyak tugas sih) gue menyempatkan diri untuk ngerjain proyek novel gue yang udah lumayan lama terlantar. Karena ide gue simpang-siur, gue jadi nulisnya lompat-lompat, sampe sekarang gue belom tau gimana dua tokoh yang muncul duluan bisa ketemu, tapi gue udah nulis gimana mereka bisa ketemu yang lainnya.

Novel gue ini judulnya Tujuh Segel Gaib, dan ceritanya tentang tujuh orang, lima cowok dua cewek, yang punya kekuatan gaib dan berusaha ngehancurin kekuatan jahat di negeri mereka. Ok, I know, jalan cerita kayak gitu udah klasik banget, tapi Insya Allah gue berusaha memasukkan sesuatu yang baru dalam novel gue, dan sedikit gue bumbui dengan kisah cinta antar tokohnya serta konflik-konflik internal yang mereka alami.

Berhubung ini cuma spoiler, jadi gue cuma bakal nulis sedikit mengenai tokoh-tokohnya dan hubungan di antara mereka. Oke, here goes....

1. Vampire Man
Sesuai namanya, tokoh ini emang setengah manusia setengah vampir, yang artinya dia punya semua kekuatan vampir dan harus minum darah untuk bertahan hidup, tapi dia kebal sama sinar matahari dan bawang putih. Dia punya kekuatan fisik yang luar biasa dan punya kemampuan ajaib di kedua tangannya, di mana tangan kirinya bisa ngancurin apa aja yang dia tunjuk dan tangan kanannya bisa ngebekuin apapun yang dia sentuh. Adiknya adalah Fallen Angel. Dia jatuh cinta dan belakangan jadian sama Mindtrick.

2. Mindtrick
Cewek jenius yang selalu dapet peringkat pertama di kelasnya dan jago nulis. Sesuai namanya, cewek ini punya spesialisasi di kekuatan pikiran, yang artinya dia bisa ngebaca, ngendaliin, ngelindungin, nyiksa, dan ngebikin ilusi di pikiran orang lain. Dia juga bisa ngeliat masa depan dan bisa ngendaliin aura. Cewek ini sering berantem sama Vampire Man, tapi belakangan ketauan kalo mereka saling jatuh cinta dan akhirnya jadian.

3. Litany Master (LM)
Cowok miskin yang berasal dari kaum orang-orang buangan di pedalaman Vervadia. Dia nggak punya kekuatan yang bener-bener super, tapi dia punya keahlian martial arts yang luar biasa dan bisa ngegunain berbagai jenis senjata, terutama pedang, sayangnya dia sama sekali nggak bisa memanah. Cowok ini juga jago meramu obat-obatan untuk teman-temannya yang terluka. Suka sama Fallen Angel, tapi nggak berani ngomong.

4. Fallen Angel
Cewek ini adalah mantan pembunuh bayaran istana yang bertobat setelah ketemu Vampire Man dan tau cowok itu adalah kakaknya. Sama kayak LM, dia juga jago martial arts, tapi nggak sejago cowok itu. Senjatanya adalah sepasang pedang tipis yang disebutnya Pedang Kembar. Tapi Fallen Angel punya kelebihan lain, dia bisa memanipulasi proses metabolisme tubuhnya jadi dia nggak perlu makan ataupun tidur. Cewek ini jatuh cinta dan akhirnya jadian sama Blind Wizard.

5. Blind Wizard
Sesuai namanya, cowok ini adalah penyihir buta yang diusir dari dunia sihir karena kecacatannya. Tapi meski buta, cowok ini punya kekuatan sihir yang luar biasa, yang bikin dia mampu ngelakuin hampir semua hal yang dia mau. Cowok ini punya sifat agak pemalu dan lembut, yang bikin Fallen Angel tersentuh dan akhirnya jadi baik. Blind Wizard diem-diem cinta sama Fallen Angel, meski dia ngerasa nggak pantes ngedapetin cewek setangguh dan secantik itu, tapi akhirnya mereka jadian.

6. Golden Arrow
Pemanah andalan istana yang diusir gara-gara dituduh mencuri panah emas pusaka kerajaan. Berasal dari keluarga yang udah turun-temurun jadi pemanah istana. Sama kayak LM, dia nggak punya kekuatan super yang spesial, tapi bakat memanahnya benar-benar hebat, dia nggak pernah meleset. Cowok ini jatuh cinta sama Mindtrick dan ngungkapin itu, tapi cintanya tulus banget, dia rela Mindtrick bahagia meski nggak bersamanya....

7. Diamond Arms
Petinju yang terkenal karena kekuatan fisiknya, terutama kepalan tinjunya. Dia punya kekuatan untuk mengubah bagian-bagian tubuhnya menjadi berlian, lalu menembakkan pecahan-pecahan berlian itu ke orang lain, yang jika terkena bakal luka parah atau bahkan mati. Dia juga bisa nyembuhin diri sendiri dengan ngubah bagian tubuhnya yang luka jadi berlian, lalu ngebalikin ke normal. Cowok ini suka sama Fallen Angel dan nggak segan-segan ngungkapin itu, sayangnya Fallen Angel nolak dengan kasar.

Yak, begitulah sekilas spoiler mengenai novel gue. Untuk cerita lengkapnya, tunggu aja sampe diterbitin (hahaha, pede banget gue). Ditunggu komennya!

Rabu, 14 Juli 2010

Sepintas Kenangan di BTA 45

Oke, gue balik normal sekarang. Sejujurnya nih, gue kemaren nulis pake "saya" yang nggak gue banget itu cuma karena gue penasaran bisa nggak sih gue nulis dalam gayanya Vrina, temen seangkatan gue. Ternyata susah. Ya udah lah, gue balik aja ke gaya bercerita gue yang biasanya.
Kali ini, gue pengen sedikit cerita tentang BTA 45, yang adalah tempat bimbel gue selama SMA. Nggak, gue nggak bermaksud promosi atau ngasih pesan sponsor, gue cuma pengen cerita aja tentang sepilas kenangan-kenangan gue selama bimbel di sana, yang bisa dibilang agak aneh menurut gue.
Penasaran. Oke, here goes...

1. Selama beberapa bulan pertama, gue nggak berani nyapa temen-temen sekelas gue di bimbel
Tanya kenapa, tanya kenapa? Fuuuh...udah kayak iklan zaman dulu aja gue. Oke, jadi kenapa gue bisa-bisanya nggak nyapa temen-temen sekelas gue, padahal kita semua punya tujuan sama dengan bimbel di sana, masuk kelas yang sama (ya iyalah, namanya juga temen sekelas!), dan fyi gue masuk kelas Alto yang isinya anak-anak lapan semua, jadi harusnya gampang dong buat deket. Tapi kenapa gue ngejauh?
Alesannya satu: gue saat itu masih kelas dua (inget, gue masuk aksel) dan gue bingung gimana harus ngomong sama mereka. Kalo gue manggil pake nama doang, nggak enak soalnya, secara gue masih berstatus "adek kelas" tapi kalo gue manggil "Kak", nggak enak juga karena gue nantinya bakalan lulus bareng mereka. Jadi, daripada sama-sama salah, gue diem aja deh. Baru setelah gue naik ke kelas tiga, gue mulai bisa ngobrol sama mereka. Belakangan, gue stres sendiri karena Ovi, temen sekelas gue di BTA yang sekarang juga jadi temen gue di FKUI, ternyata lebih muda 4 hari dari gue.

2. Gue selalu makan indomie telor pada jam istirahat
Gue selalu kelaperan selesai sesi pertama, jadi setiap istirahat gue pasti ngacir ke kantin dan mesen indomie rebus telor. Alesannya, pertama gue laper, kedua gue demen indomie, ketiga harganya yang paling murah. Gue kan perlu mengisi tenaga lagi buat bimbel sesi kedua. Ya nggak?

3. Hari terakhir di BTA, gue ngerjain lampu di toilet cowok
Ceritanya, ternyata ruangan kelas gue tuh baru ditambahin belakangan, dan di dinding belakang kelas gue masih ada bekas pintu toilet cowok, dan saklar lampu di sebelahnya. Payahnya, gue dan temen-temen gue baru tau pas hari terakhir bimbel. Jadilah, kita ngabisin jam istirahat dengan ngerjain cowok-cowok yang masuk kamar mandi itu.
Jadi, ada cowok dari kelas lain, mau masuk kamar mandi. Cepet-cepet gue ngasih isyarat sama Christy, temen gue yang berperan jadi operator lampu, biar dia matiin lampunya. Tuh cowok akhirnya keluar lagi dari kamar mandi, tapi begitu dia pergi, Christy nyalain lampunya lagi. Beberapa saat kemudian tuh cowok dateng sama temennya. Gue nggak denger dengan jelas apa yang mereka omongin, tapi dari lagaknya di depan toilet sih mereka ngomongin lampunya yang udah nyala. Akhirnya tuh cowok masuk ke toilet. Kita nunggu beberapa saat sampe yakin dia lagi nuntasin hajatnya, terus lampunya kita matiin lagi! Kali ini sih, mungkin karena udah keburu keluar kali ya, dia nggak keluar dari kamar mandi.
HAHAHAHAHAHHAHAHAH.... *ketawa setan*

4. Gue ngeliat pengumuman NTU di komputer BTA
Yang ini agak sedih sih. Jadi, hari itu hari pengumuman NTU, dan gue udah di-sms anak-anak sekelas yang nanyain hasil tes gue. Sebenernya gue pengen ngeliat di rumah aja, tapi mau nggak mau gue penasaran juga. Akhirnya, gue dan beberapa temen sekelas gue kabur dari kelas dan ngegunain komputernya BTA di lantai atas. Dan hasilnya? Failed.

Uff...begitulah sedikit kenangan yang cukup membekas di hati gue selama gue bimbel di BTA 45. Nyesel pernah bimbel di sana? Tentu aja nggak. Kangen sama temen-temen? Of course! Mudah-mudahan suatu saat kita bisa ketemu lagi....

Peramal yang Lebih Hebat dari Paul the Octopus!

Bagi anda-anda semua, terutama yang pecinta bola, pasti anda familiar dengan Paul the Octopus. Gurita yang (katanya) bisa meramalkan hasil pertandingan Piala Dunia dengan cara dimasukkan dua buah kotak berisi makanan yang sama ke dalam tangkinya, dan di masing-masing kotak dihiasi dengan bendera dua negara yang akan bertanding. Paul akan memilih makanan di salah satu kotak, dan negara yang kotaknya dipilih oleh Paul tersebut akan menang. Benarkah itu?
Saya tidak termasuk golongan yang sangat mempercayai Paul, meski saya harus mengakui bahwa prediksinya 100% akurat selama Piala Dunia termasuk saat Spanyol mengalahkan Jerman (untuk teman-teman saya yang penggemar Jerman, saya mohon maaf sekali telah menulis ini). Namun saya telah membangun hipotesis saya untuk menjelaskan peristiwa ini:
1. Paul menyukai warna merah dan kuning. Jadi ia menjatuhkan pilihan pada Spanyol yang warna merah dan kuning di benderanya lebih cerah dari Jerman.
2. Paul salah meramal di final Euro 2008, di mana ia memilih Jerman namun Spanyol keluar menjadi juara. Jadi ia takut salah lagi.
Maaf, saya sedikit melantur. Sebenarnya, sesuai judul di atas, saya sama sekali tidak bermaksud untuk bercerita mengenai Paul the Octopus. Saya ingin menceritakan mengenai sekelompok peramal yang jauh lebih hebat dari Paul the Octopus. Ramalan mereka sangatlah tepat dan akurat! Langsung menuju ke sasaran!
Pertanyaannya adalah, siapakah peramal-peramal hebat itu? Apakah Deddy Corbuzier? Bukan! Mama Laurent? Bukan juga! Baiklah, baiklah, daripada penasaran, saya akan mengungkapkannya....

Mereka adalah anggota Mesis 21, alias Birulangit.
(bener kan 21? maaf nih nggak update!)

Bagaimana mereka bisa mendapatkan gelar peramal hebat ini?
Semua itu bermula ketika kami semua sedang menjalani proses kaderisasi Mesis (Media Siswa) di SMA. Saat itu saya tidak tahu kalau saya bertemu seorang cowok yang kelak akan menjadi tambatan hati saya. Ah sudahlah, biar itu diceritakan nanti saja. Intinya, saya saat itu hanya sebatas kenal dengan cowok itu. Hanya sebatas tahu nama, dan selebihnya saya berpikir dia hanya, "seorang calon anggota Mesis, sama seperti saya".
Dan saya tidak tahu kena angin apa, tahu-tahu teman-teman saya sesama caang Mesis, Thito dan Al, mulai menggosipkan saya dengan dia. Sampai sekarang pun saya tidak tahu kenapa. Padahal saat itu saya bahkan tidak kenal dengan dia, hanya tahu bahwa dia anak inter dan caang mesis juga. Tidak ada kedekatan yang spesial di antara kami. Saya sempat menduga bahwa mungkin dia yang naksir saya, tapi setelah kami betul-betul pacaran dan saya bertanya padanya, dia bilang tidak. Saya juga sempat menginterogasi Al, tapi jawabannya hanyalah, "Gue kan bisa ngeramal!" yang bagi saya hanyalah jawaban asal.
Meski saya tidak mengerti sebabnya, setelah saya digosipkan seperti itu dengan dia, saya malah jadi semakin dekat dengan dia. Awalnya ketika kami bersama-sama membuat mading bulan Februari. Sebenarnya itu bukan tugasnya, tapi dia rela membantu, dan sejak itu kami jadi suka ngobrol basa-basi kalau ketemu.
Dan entah bagaimana, semakin sering kami bertemu, semakin saya tertarik padanya. Tidak ada alasan yang spesial menurut saya, tapi saya rasa kami bisa "nyambung" kalau ngobrol. Selain itu, saya tidak pernah punya pengalaman baik dengan cowok-cowok yang digosipkan dengan saya, di mana mereka akhirnya selalu menjauhi saya dan kemudian pacaran dengan orang lain. Tapi dia terlihat tidak peduli dengan gosip yang sudah menyebar seangkatan ini. Saya pun makin kagum dan tertarik padanya. Tapi saya terlalu pemalu untuk mengungkapkan rasa ini. Lagipula saya merasa, menjadi temannya saja sudah cukup. Begitu pikiran saya saat itu.
Memang ada beberapa kejadian yang cukup membekas di hati saya sampai sekarang. Saat itu hujan, dan saya duduk berteduh di kos-an ijo (salah satu tempat nongkrong favorit saya dan teman-teman sekelas, karena letaknya tepat di seberang sekolah, 3 teman sekelas saya kost di sana, dan ada kantinnya juga kalau mau makan atau minum) sambil menunggu sopir saya datang menjemput.
Dan dia datang ke sana, bilang kalau sopirnya juga terperangkap kemacetan. Kebetulan saat itu saya sedang membawa Bolavaganza baru yang ada artikelnya tentang Andrei Arshavin. Saya yang merupakan penggemar Arsenal langsung memuji Arshavin habis-habisan, sementara dia yang penggemar MU berusaha merendahkan Arshavin dan memuji beberapa pemain MU (believe me, kita masih melakukan ini sampai sekarang!).
Akhirnya, saya dan dia asyik mengobrol sampai tidak terasa waktu berlalu. Bahkan saya kesal ketika sopir saya datang akhirnya, karena itu artinya saya harus pulang dan tak bisa lagi mengobrol dengan dia. Saya pun membuka payung dan berjalan ke mobil. Dan ketika saya menengok, apa yang saya lihat? Dia berlari menembus hujan, tanpa payung.
Seandainya saya tahu....pasti sudah saya tawarkan payung ini. Toh cuma perjalanan singkat ke mobil, tak mencapai semeter.
Kemudian saya lulus. Saya merasa bahwa harapan saya untuk bertemu dia lagi sangatlah tipis. Saya akan kuliah, sementara dia akan tetap menjalani SMA-nya setahun lagi (saya masuk akselerasi, ingat?). Saya pun memutuskan untuk memendam saja perasaan ini, seperti yang saya pernah lakukan berkali-kali sebelumnya.
Tapi suatu kali dia mengirim message pada saya di Facebook dan meminta pin Blackberry saya. Saya sangat senang dan memberikan kepadanya. Sejak saat itu, kami mulai saling ber-BBM. Tidak ada yang cukup istimewa dari percakapan-percakapan kami, tapi itulah yang membuat saya gerah. Saya sadar, bahwa saya sangat menyukai dia, dan akhirnya saya memberanikan diri mengatakan kepadanya.
Dan ternyata dia menyambut perasaan saya. Dia ternyata juga menyukai saya. Dan sejak saat itu, kami resmi pacaran.
Dan siapa yang paling heboh mendengar berita ini? Tentu saja para peramal hebat dari Mesis 21!
Sungguh menakjubkan. Ramalan yang sangat tepat. Lebih hebat dari Paul the Octopus.
Oh, seandainya saat ini saya bisa bertemu kalian dan mengatakan hal itu. Sungguh saya berterima kasih kepada kalian. Karena kalian telah menunjukkan pada saya cowok terbaik dalam hidup saya saat ini, bahkan sebelum saya kenal padanya!
Mungkin, suatu saat nanti, saya bisa mempromosikan mereka untuk menggantikan Mama Laurent.

Selasa, 13 Juli 2010

Football is My Life

World Cup 2010 had been ended, and Spain became the winner. Well, I always support Spain, so I'm really happy that they win. I am perfectly sure that they deserved it. Spain is a good team, full of great players, they have great coach, and they play with their typical "tiki-taka" style of play. It means that they never stop moving the ball around them.
But I'm not here to tell you about Spain. Yes, I'm happy for them, and I think I wouldn't eat Paul the octopus, but I'm here to tell you why I love football so much. Besides, I'm a girl, and most girls in the world don't love football so much except for the handsome footballers (my friends keep debating which German player is the most handsome among all). There's quite a long story about it.
By the way, I'm getting crazy by writing two paragraphs in English, so I'll go back with my mother's tongue.

Gue dulu nggak suka banget sama yang namanya sepak bola. Karena dua alesan, waktu Piala Dunia 2002, beberapa kartun favorit gue nggak ditayangin demi ngasih tempat buat Piala Dunia, dan gue jadi kesel parah. Dan gue pernah bernasib buruk, waktu gue baru pake kacamata pas SD, ada beberapa anak cowok main bola di lapangan dan bolanya nyasar ke kacamata gue. Nggak pecah sih, tapi kepala gue sakit banget dan kacamata gue jadi agak longgar bingkainya.
Tapi setelah Piala Dunia 2006, gue agak berubah.
Tadinya sih gue biasa-biasa aja nyambut Piala Dunia, namanya juga nggak suka bola. Tapi pada saat itu, gue punya sahabat namanya Hanifah yang demen bola. Dia ngebawa poster-poster pemain bola ke sekolah dan berusaha nunjukin ke gue gimana pemain anu ganteng banget, pemain yang itu senyumnya nggak nahan, dan macem-macem lagi. Gue juga nanggepinnya dengan biasa banget. Well, gue berusaha agak semangat karena dia kan sahabat gue, tapi mau gimana, gue kan nggak suka bola. Dan gue ngakuin kalo beberapa pemain yang dia tunjukin emang lumayan ganteng, tapi gue cuma sekedar ngakuin itu, bukan berarti gue falling in love sama mereka.
Selain itu, gue ngerasa diri gue nggak bisa tahan lama-lama ngefans sama sesuatu. Waktu AFI lagi heboh-hebohnya, gue naksir banget sama salah satu alumni AFI yang namanya M***y, tapi waktu AFI selese, gue lupa sama dia. Begitu aja. Pas Indonesian Idol muncul, gue juga suka sama D***n, tapi sama kayak yang gue sebutin sebelumnya, begitu Idol selesai, gue nggak terlalu perhatian sama dia lagi. Jadi ngerti kan kenapa gue cuek?
Dan akhirnya, Hanifah minta gue nonton siaran ulang Spanyol vs Tunisia, "biar lo bisa liat yang namanya Fernando Torres, Ta! Dia tuh ganteng banget!"
Sebetulnya gue sih nggak terlalu peduli. Siapa sih Fernando Torres? Pas gue liat di posternya Hanifah, gue cuma liat cowok pirang yang mukanya bintik-bintik, dan jujur aja, dia nggak terlalu ganteng di situ. Tapi Hanifah ngeyakinin gue, Torres beda banget daripada yang di poster itu. Katanya, rambutnya sekarang mohawk atau apalah. Tapi gue tetep gak peduli. Mana besoknya gue ulangan umum, matematik, masa gue harus ngorbanin waktu gue buat nonton 22 orang rebutan satu bola? Akhirnya, setelah Hanifah maksa terus, gue pun bilang oke, meskipun gue masih nggak niat.
Sorenya, gue ditelpon Hanifah yang bilang kalo pertandingannya udah mulai. Dengan males-malesan gue ngebawa buku mat gue buat belajar di depan tivi. Jangan tanya gue pertandingannya kayak gimana, karena perhatian gue tercurah sepenuhnya sama buku mat di depan gue.
Sampe akhirnya Hanifah nelpon gue lagi dan bilang, "Itu Torres ngegolin! Loe harus liat!"
Gue ngeliat males-malesan ke layar tivi....dan gue terkesiap.
OH MY GOD.
Seribu dewa cinta memanah gue dengan panah asmara.
Cupid-cupid menyanyikan lagu My Heart Will Go On di telinga gue.
Dan semua kata "gue-benci-bola" di kepala gue pun terbakar jadi abu.
Ya Tuhan, itu manusia apa malaikat yang turun ke bumi demi membuat hari-hari gue menjadi indah?
GANTENG BANGET!
Uhm, maaf, itu terlalu mengecilkan.

GANTENG PARAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHH!!! SAKING PARAHNYA GUE GA BISA NAPAS!

Sumpah, gue meleleh waktu ngeliat dia. Nggak pernah gue ngerasain sensasi kayak gini.
Gue cinta dia.
Gue CINTA dia!!!
"Han," gue bilang setelah bisa balik normal.
"Iyah?"
"Itu Torres? Kok ganteng banget?"
"Udah gue bilang apa!"
Yak, bener sekali, saudari Hanifah. Lain kali saya tidak akan meremehkan pendapat anda lagi.
Dan tentu aja, setelah peristiwa itu gue jadi tergila-gila sama bola. Sayangnya, Torres waktu itu main di Atletico Madrid, yang bukan klub gede. So, karena belakangan gue suka Cesc Fabregas sama Robin van Persie, jadilah gue Gooner. Bedanya, dulu gue suka Arsenal karena ada Fabregas. Sekarang gue suka Fabregas karena dia di Arsenal!
Yaah, perjalanan gue untuk mencintai bola memang panjang, tapi gue mensyukuri itu. Dan sampe sekarang, gue nggak pernah bosen. Malah, gue rela bangun malem-malem buat nonton final Piala Dunia (yang akhirnya bikin gue tergeletak sakit di rumah) tapi itu worth it.
Dan buat saudari Hanifah, gue minta maaf karena dulu pernah cuek pas loe ngomongin bola di depan gue, dan gue juga mau say thanks karena loe udah ngenalin gue sama "the greatest game on earth" ini. Tanpa loe, gue nggak akan jadi fanatik bola kayak sekarang, dan gue nggak akan nemuin ketertarikan yang begitu besar akan suatu hal...

Rabu, 07 Juli 2010

Kenapa Saya Masuk Akselerasi

Kata orang, masa SMA adalah masa-masa yang paling menyenangkan. Tiga tahun yang layak untuk dinikmati sebelum memasuki bangku kuliah, di mana kita dipersiapkan untuk memasuki dunia yang sebenarnya dan lebih banyak tantangan menanti. Banyak orang yang nginget-nginget masa SMA-nya dengan bahagia dan berharap bisa balik ke masa itu lagi.
Terus kenapa gue mau-maunya aja ngeringkes masa-masa itu jadi dua taun aja? Kenapa gue rela kehilangan setahun yang berharga dalam hidup gue? Kenapa gue nggak ngejalanin masa SMA yang normal, dan nggak harus belajar setiap saat?
Ini semua ada ceritanya.
Gue tipe orang yang "pendendam". Bukan dendam sama orang lain tentunya, tapi dendam sama impian gue yang belum tercapai. Waktu gue lulus SD dan berniat nerusin ke SMP, gue diterima di Labschool. Lebih bagusnya lagi, gue masuk nominasi kelas aksel. Tapi kemudian gue diterima di SMPN 115, dan berhubung gue udah banyak dicekokin tentang gimana bagusnya 115 sama guru-guru dan orangtua temen-temen gue, gue milih masuk 115. Which means gue harus merelakan impian gue masuk kelas akselerasi.
Kesempatan buat gue terbuka lagi waktu gue diterima di SMA 8. Tapi entah gue yang bolot atau pelupa, gue nggak tau ada pendaftaran untuk kelas akselerasi. Tapi somehow gue tau, kalo gue nggak akan terlalu berhasil di kelas reguler. Gue orang yang suka tantangan, dan gue cuma bisa berprestasi bagus kalo gue dikelilingi orang-orang lain yang juga berprestasi bagus. Dan bukan maksud sombong, tapi gue tau kalo gue bisa dengan gampangnya jadi yang terbaik di kelas. Gue ngerasa bosen. Gue butuh tantangan yang lebih besar.
Sampe suatu hari, saat gue masih di kelas reguler (X-C), temen-temen sekelas gue lagi remedial, sementara gue ngerjain presentasi di komputer kelas bareng temen sekelas gue, Mody. Beberapa saat kemudian, dateng guru matematika gue, Pak Tris. Dia lagi ngedata anak-anak yang mau daftar kelas aksel. Berhubung yang lain lagi remed, akhirnya Pak Tris manggil gue dan Mody.
Absennya Mody di atas gue, jadi Pak Tris nanya duluan ke Mody, "Kamu daftar aksel nggak?"
"Nggak," Mody jawab, dan Pak Tris ngebiarin dia masuk lagi ke kelas.
Sekejap kemudian, Pak Tris ngeliat nama gue, terus natep gue dan nanya, "Kamu daftar aksel nggak?"
"Hah? Saya nggak tau ada pendaftaran aksel, pak...."
"Kenapa kamu nggak daftar aksel?!"
Nada suaranya Pak Tris yang mendadak tajem bikin gue tersentak. Seolah dia bermaksud bilang, seandainya gue nggak masuk aksel, gue udah ngebikin kesalahan terburuk dalam hidup gue. Akhirnya gue coba jawab pelan-pelan, "Tesnya Sabtu ini kan, pak? Saya belum bayar...."
"Bayarnya gampang. Yang penting, kamu mau daftar dulu nggak?"
Gue pun ngangguk.
Dan akhirnya, gue pun ngikutin ujian buat masuk kelas akselerasi. Jujur, persiapan gue sama sekali nggak mateng, jadi gue nggak ngarep kalo gue bisa masuk aksel. Apalagi, gue sukses ngosongin semua soal fisika. Makin terpuruklah gue.
Beberapa waktu kemudian....
Gue berdiri di depan papan pengumuman, di mana tertempel daftar anak-anak yang masuk aksel. Gue masih inget banget, waktu itu gue baru selese solat dan berniat balik ke kelas gue sebelum gue ngeliat kerumunan anak-anak yang ngeliatin daftar itu. Dan gue tadinya nggak bisa ngeliat dengan jelas sampe seorang cowok di depan gue menyingkir. Gue pun akhirnya bisa ngeliat siapa aja yang tertulis di situ.
And my name was there.
I'm not lying.
Setelah ketidaktahuan gue mengenai pendaftaran aksel, persiapan gue yang abal-abal, dan soal fisika yang sukses nggak gue isi....GUE KETERIMA AKSEL.
Segalanya kabur buat gue setelah itu. Gue lari ke kelas buat ngeluapin rasa shock, bahkan gue nggak sempet ngejawab waktu salah satu temen gue beda kelas say hi sama gue. Dan sesampainya di kelas, gue diselametin seisi kelas, yang bikin gue makin sadar kalo ini semua bukan mimpi.
Rada sedih juga sih ninggalin kelas X-C, tapi mau gimana lagi?
Dan sekarang, setelah gue lulus, gue jadi sadar kalo masuk aksel emang udah jadi suratan takdir gue. Nggak peduli gue bisa masuk di SMP atau SMA, yang jelas gue bisa mencapai impian gue itu, dan gue ngerasa lega. Bukan cuma itu, tapi Allah juga ngasih gue segala yang gue perlukan: tantangan dalam belajar, temen-temen yang baik, dan masih banyak lagi. Well, hidup gue di aksel emang nggak selalu mulus, tapi gue tetep ngejalanin dengan enjoy. Karena gue sadar, kalo gue nggak masuk aksel, gue bener-bener udah ngelakuin kesalahan terburuk dalam hidup gue...

Senin, 05 Juli 2010

PJ dan Kepanitiaan

Gue adalah orang yang kelewat aktif di kampus. Nggak percaya? Liat aja liburan gue yang sebagian besar isinya adalah ngerjain tugas dari kepanitiaan ini-itu dan bikin gue nggak bisa istirahat dengan lega di rumah (meskipun nyokap gue seneng karena liburan gue produktif, dan produktivitas gue itu gratis, yang artinya dia nggak perlu ngeluarin duit buat ngebayarin gue kursus ini-itu). Tapi gue nggak pantes ngeluh. Emang guenya sih yang kelewatan, setiap kali ada open recruitment buat kepanitiaan ini-itu, gue pasti terdorong buat ikutan. Tapi lumayan juga sih ngeliat hasil kerja gue dan terutama sertifikat-sertifikat yang makin memenuhi folder gue. Hahaha.
Sebenernya, kalo cuma ikut kepanitiaan ini-itu doang, nggak masalah buat gue. Gue enjoy aja ngejalaninnya. Tapi yang paling gue benci adalah kalo gue didaulat untuk menjadi PJ (penanggung jawab). Gue orang yang sangat sangat nggak bertanggung jawab, gue bahkan nggak bisa bertanggung jawab sama diri gue sendiri, gimana gue bisa mempertanggungjawabkan orang lain? Tapi gue tau, cepet atau lambat, dengan ikutnya gue dalam berbagai organisasi, suatu saat gue bakal ditunjuk jadi PJ juga.
Pengalaman pertama gue sebagai PJ adalah waktu masa kaderisasi FSI (Forum Studi Islam) dan gue terpilih jadi PJ film FSI yang merupakan salah satu tugas kader waktu itu. Satu-satunya alesan gue kepilih jadi PJ adalah karena gue anak BFM (Badan Film Mahasiswa). Padahal status gue di BFM saat itu juga masih calon anggota, dan gue nggak ngerti apa-apa soal bikin maupun editing film. Tapi setelah didesak-desak sama semua akhwat FSI, akhirnya gue setuju.
Dan saat itu gue ngerasa kalo jadi PJ itu repot dan sibuk banget. Karena gue-lah yang bertugas memfilmkan, jadi gue harus ngejar-ngejar temen-temen gue sesama akhwat FSI buat syuting bla bla bla. Dan gue nggak suka itu, kesannya gue maksa banget. Dan ada berbagai kendala teknis, seperti kamera abis batre dan orang-orang yang nggak mau berperan jadi ini-itu dan kehadiran yang nggak lengkap, padahal ada orang-orang lain yang udah ngerelain waktunya demi bikin film (ada temen gue yang bela-belain nggak ikut salah satu kegiatan organisasi buat syuting, tapi akhirnya nggak jadi karena kamera abis batre).
Pengalaman kedua gue jadi PJ, masih di FSI, waktu gue kepilih jadi PJ Pubdekdok (publikasi, dekorasi, dokumentasi) Charity FSI. Sementara ini sih gue belom ada kegiatan yang berarti. Jadi gue nyante dulu deh. Palingan nanti gue kerja pas menjelang hari H.
Pengalaman ketiga gue jadi PJ, waktu BFM ngadain acara nonton bareng final Liga Champions. Well, I love football dan gue sangat menanti-nanti final itu, tapi nggak berarti gue mau jadi PJ! Parahnya, Dana (ketua caang BFM) langsung menunjuk gue dengan semena-mena, karena ketua acara ini seringnya cewek dan gue salah satu cewek penggemar bola di angkatan. Gue nolak karena saat itu gue baru aja nyelesain tugas gue sebagai PJ film FSI dan masih jadi PJ Pubdekdok, jadi gue bilang gue mau vakum dulu sebagai PJ. Tapi berhubung Dana bilang kalo gue nggak mau, gue harus nunjuk PJ nya. Nggak enak ngerepotin temen-temen gue, akhirnya gue bilang gue mau jadi PJ.
Dan ini adalah pengalaman pertama gue mem-PJ-kan suatu acara yang sebenernya, and I found it so difficult. Karena berbagai alesan, acara rapat bareng kita nggak pernah mulus, dan nggak pernah ngehasilin suatu kesimpulan yang bagus. Akhirnya, dengan sedikit maksa, kita bisa juga ngadain acara nonbar, dan syukurnya Kak Rinto, ketua BFM, nganggep itu cukup berhasil. Gue bisa sedikit narik napas lega.
Pengalaman keempat gue jadi PJ, gue jadi PJ Tarhib PPKR (panitia pelaksana kegiatan Ramadhan). Dan gue rada deg-degan, karena anggota-anggota Tarhib semuanya adalah kakak kelas, kecuali Vinda. Rasanya nggak enak banget gue harus nyuruh-nyuruh kakak kelas! Dan saat gue rapat sama yang lain, ketauan banget kalo gue belom pengalaman, soalnya gue didikte banget sama Kak Yudhis. Tapi nggak apa-apa sih, kan gue belom tau apa-apa ini.
Ufff....jadi PJ emang repot banget.
Tapi....entah kenapa, sejak gue banyak jadi PJ, gue ada semacam perasaan nggak rela buat ninggalin.
Tadinya, FSI ada di peringkat ketiga dalam daftar prioritas organisasi gue, tapi sejak gue jadi PJ film dan Pubdekdok Charity, gue taro FSI di peringkat kedua. Gue mikir, gue udah banyak ikut kegiatan, udah jadi PJ, ngebantu ngurus banyak acara, kenapa gue malah taro di peringkat terakhir? Nggak enak banget rasanya.
Dan waktu gue pengen kabur dari BFM, gue mikir lagi. Gue kan udah pernah jadi PJ nonbar final LC, masa sih gue udah ngebantu acara BFM tapi guenya malah keluar? Nggak enak banget rasanya.
Intinya, jadi PJ nggak ngebuat gue kapok buat ikut suatu organisasi. Gue malah makin semangat kerja dalam organisasi itu dan pengen ngasih partisipasi yang lebih banyak. Dan gue tau, kalo gue dijadiin PJ, artinya gue dipercaya sama orang lain, dan gue nggak mau ngerusak kepercayaan mereka. Lain kali, kalo gue kepilih jadi PJ lagi, gue bakal kerja keras dan nggak akan ngerepotin banyak orang.

Kamis, 01 Juli 2010

Remedial, Sungguh Membuat Saya Stres

Sejak hari Senin kemarin, gue terhalang dari nulis blog ini karena satu alesan. Minggu ini gue remed Neurosains. Gue nggak bermaksud ngeluh soal remednya, gue cuma pengen cerita gimana ribetnya segala urusan yang berhubungan dengan remed ini.

Hari Senin, gue dateng ke kampus untuk coaching. Maksud diadainnya coaching ini adalah biar semua mahasiswa yang remed bisa nanyain segala sesuatu yang mereka nggak ngerti pas ujian. Gue dateng aja, siapa tau ada yang gue nggak ngerti. Daaaaaaaann....yang mendapat giliran men-coaching pertama adalah....yaah, untuk menyamarkan identitas, kita sebut aja dr N. Dr N ini mungkin aslinya baik, cuma karena berbagai hal, citranya jelek banget di mata gue dan temen-temen gue. Dan dr N udah menegaskan, yang ikut coaching harus nyiapin pertanyaan. Buat menghormati keinginan dr N, akhirnya salah satu dari temen gue nanyain apa itu long-term potenziation (ada yang tau apa ini? Gue nggak).
Tapi bukannya ngasi tau apa itu artinya long-term potenziation, dr N malah ngelempar pertanyaan itu ke kita dan nggak ada yang bisa jawab, alhasil dia marah besar. Bukan cuma marah, tapi dia juga ngecek tentir (ringkasan pelajaran) kita, dan setelah ngebaca, beliau bilang kalo tentir kita mesti dibakar. Parah banget nggak sih? Nggak ngehargain banget kerja siepend yang udah susah-susah bikin tentir! (Buat para siepend, I'm on your side. Jangan ngerasa jatuh cuma gara-gara dr N!) Alhasil, satu jam lebih abis cuma buat ngebahas apa itu long-term potenziation.
Yang lebih parah, pas siangnya gue pergi ke Farmakologi buat coaching farmako, ternyata dosennya (nama gue samarkan menjadi dr S) baru tau kalo beliau harus ngajar coaching waktu paginya dapet surat, dan di suratnya nggak ditulis tanggal, jadi beliau nggak tau coachingnya hari ini. Kalo salah satu temen gue nggak dateng ke farmako dan ketemu sama dr S, beliau pasti udah pergi buat datengin acara keluarganya. Sumpah yaaa...ribet banget.
Well, begitulah sekian masalah di hari Senin yang heboh. Meskipun gue sempet seneng juga sih pas dosen PA ngasih bocoran kalo soal-soal remednya sama persis kayak soal-soal sumatif.

Hari Selasa gue ujian praktikum, yang berhasil gue laluin dengan cukup baik (meskipun embriologi bikin gue pengen bunuh diri) dan hari Rabu-nya gue libur, yang artinya gue bisa stay di rumah dengan santai sambil ngebaca tentir. Tapi di hari Rabu ini justru terjadi kehebohan parah.
Jadi, pada hari Seninnya, dr N udah ngasih pengumuman kalo dia bakal mundurin jadwal ujian dari jam 8 jadi jam 10, dan paginya ada coaching dulu. Oke deh, terserah. Tapi belakangan, tersiar kabar kalo dia bakal ngadain remed hari Selasa. Terang aja semua temen gue heboh. Terutama anak-anak daerah, yang udah pada pesen tiket hari Jumat dan kalo mereka baru remed Jumat, tiketnya bakal angus. Tapi waktu diprotes, dr N cuma bilang, "Salah sendiri kalian remed! Harusnya kalian nggak bikin acara sebelum remed selesai!" Ya Allah, itu kata-kata yang nyelekit banget. Emang dia pikir hidup kita semua cuma buat kuliah? Kita tuh mau liburan, Dok, mau santai, mau bebas dari pelajaran-pelajaran buat sementara!
Akhirnya dr N bilang mau ngadain remed hari Jumat jam 1. Kali ini gue yang ngamuk-ngamuk. Gue kan mau liburan ke Singapura, dan gue bakal berangkat pagi-pagi. Gue nggak mau liburan gue sampai kacau gara-gara remed, dan jelas gue nggak mau ngulang neuro taun depan!
Gue nggak tau persis kelanjutannya gimana, yang jelas katanya ada orangtua murid yang protes dan akhirnya dr N ngizinin kita milih sendiri hari remednya. Gue milih hari Kamis bareng 4 anak inter, sedangkan sisanya milih Jumat.

Dan akhirnya, gue bisa remed juga tadi pagi.
Gue bisa liburan dengan lega sekarang.