Senin, 31 Desember 2012

I don't ask you to love them...

...not because I don't want to share the same thoughts with you,

I just don't want to get hurt again.

Minggu, 04 November 2012

SHINee and I

Just some random facts regarding me and my current bias, SHINee. Enjoy!


- Gue pertama kali suka sama SHINee pas libur lebaran tahun ini (2012).

- Bias gue Taemin.

- MV SHINee pertama yang gue liat adalah Ring Ding Dong.

- Pertama kali denger soal SHINee, gue kira boyband ini bukan di bawah SM Entertainment. Gue sendiri nggak tau kenapa gue mikir gitu.

- Kalo gue disuruh ngurutin member SHINee berdasarkan favoritism, gue bakal jawab Taemin, Onew, Minho, Key, dan terakhir Jonghyun (no offense, blingers...).

- Member SHINee yang pertama kali gue perhatiin bener-bener adalah Minho, waktu dia jadi guest di Running Man ep 75.

- Tiga besar lagu SHINee favorit gue adalah JoJo, Replay, dan Stranger.

- Tiga besar dance SHINee favorit gue adalah Lucifer, Sherlock, dan Love Like Oxygen.

- Gue lebih suka MV Replay, Juliette, dan Lucifer versi Jepang dibandingkan versi Korea. Tapi lagunya tetep lebih suka versi Korea.

- Di MV Hello, pas bagian ngedance dengan baju warna-warni, gue cuma suka model rambutnya Jonghyun. Tapi model rambut favorit gue di Hello adalah rambutnya Taemin pas adegan dia ngelukis boneka di kamarnya.

- Pertama kali tertarik sama SHINee pas nonton MV Sherlock.

- Bagian tubuh Taemin yang paling gue suka adalah bibirnya (those cute and kissable lips, awww).

- Pairing favorit gue di SHINee adalah 2min, Jongkey, dan Joonew (yang terakhir ini bukan murni SHINee sih, itu Onew sama Lee Joon dari MBLAQ, tapi gue suka banget).

- Sejak pertama nonton Ring Ding Dong, satu hal yang gue notice dari SHINee itu adalah dance moves mereka yang complicated banget.

- Gue paling suka model rambut Taemin di MV Lucifer, Juliette, sama Hello (cuma pas adegan dia ngelukis boneka).

- Di MV Replay versi Jepang, gue paling suka adegannya Key (desain baju), selanjutnya Onew (bikin patung), Taemin (ngedance), Minho (main basket), dan terakhir Jonghyun (kerja di cafe).

- Di MV Dazzling Girl pas adegan di dalam cermin, urutan kostum favorit gue adalah kostumnya Jonghyun, Key, Onew, Taemin, terakhir Minho.

- Di MV Dazzling Girl pas adegan ngedance di luar cermin, urutan kostum favorit gue adalah Jonghyun, Minho, Taemin, Onew, dan terakhir Key.

- Di MV Dazzling Girl pas adegan mereka ngebantu si cewek buat jadi dazzling, adegan favorit gue adalah Taemin (make-up artist), disusul Onew (graphic designer), Key (fashion stylist), Minho (hair stylist), terakhir Jonghyun (kameramen).

- Di MV Sherlock adegan dance (yang Taemin rambutnya panjang), gue paling suka kostumnya Jonghyun, Minho, Onew, Taemin, terus baru Key.

- Di MV Sherlock, gue paling suka kostum detektif Taemin, terus Minho, Key, Onew, baru Jonghyun.

- Gue gak ngedownload satupun performance SHINee selama Minho nggak ada karena syuting drama. Yes, I love OT5 that much.

- I strongly dislike Internet War. Don't ask why.

- Senyum favorit gue di SHINee adalah senyumnya Onew, dan yang paling nggak gue suka adalah senyumnya Jonghyun. Gue bingung nentuin yang mana yang lebih gue suka dari senyumnya Key, Taemin, dan Minho.

- Member SHINee yang menurut gue paling cocok pake kacamata adalah Key, terus Onew, Taemin, Minho, dan terakhir Jonghyun.

- Gue gak terlalu suka lagu A.Mi.Go.

- Pertama kali tertarik sama personality-nya members SHINee gara-gara nonton Hello Baby.

- Gue gak ada masalah sama rambut extension Taemin di Sherlock atau rambut pirangnya pas SHINee pergi ke Barcelona. Tapi gue ada masalah sama rambut Taemin pas dia ngedance dengan baju putih di MV Hello.

- Episode SHINee's Yunhanam favorit gue adalah waktu Minho kepilih jadi yunhanam favorit.

- Adegan favorit gue di Hello Baby adalah waktu SHINee tukeran umur (ceritanya Taemin jadi yang tertua, Onew jadi yang termuda), terus pas mereka battle karaoke dan Onew dapet nilai terendah (60, padahal dia vocalist ke-2 SHINee dan yang lainnya dapet 90 ke atas wkwkwk).

- Pengen banget SHINee nongol di Running Man.

- Gue suka baca fanfic SHINee, terutama 2min (Minho/Taemin).

- Gue download dramanya Minho, Salamander Guru and the Shadows, tapi cuma part yang ada Taemin-nya hahahah.

- Gue lebih suka suara Onew dibandingin suara Jonghyun.

- Sampe sekarang gue bingung lead rapper SHINee itu Minho apa Key hahahha.

- Menurut gue, Hello adalah MV di mana model rambut members SHINee paling fail.

- Gue nggak suka rambut Key di Lucifer.

- Gue suka liat SHINee pake baju hitam-putih, kesannya classy.

- Di MV Juliette versi Korea, gue paling nggak suka sama rambutnya Jonghyun.

- Di MV Hello, gue paling nggak suka sama rambutnya Minho. Alesan: kupingnya agak caplang dan rambutnya di situ terlalu pendek, jadi kupingnya obvious banget.

- Gue lebih suka lagu Run with Me dibandingin Dazzling Girl.

- Gue lebih suka dance Love Like Oxygen pake kursi.

- Gue termotivasi ngafalin muka members SHINee gara-gara bingung parah pas nonton Sherlock. Gue pengen banget tau siapa yang nyanyi pertama, siapa yang bawa anjing, siapa yang bawa kamera, dsb.

- Member SHINee yang pertama kali gue hafal adalah Taemin. Disusul Minho, Jonghyun, Onew, terakhir Key.

- Pertama kali tertarik sama Taemin gara-gara rambut extensionnya yang sangat obvious di Sherlock.

Minggu, 21 Oktober 2012

sebuah catatan dari IGD

Jumat malam lalu, untuk pertama kalinya, saya menjalankan tugas jaga di IGD suatu rumah sakit yang merupakan pusat rujukan nasional. Memang hanya sampai jam 10 malam, tapi jaga tetap jaga.

Saya tidak sendirian. Ada Jacky, rekan jaga malam saya dari stase yang sama, Nuril dan Yolan yang sedang menjalani stase neurologi, Kak Alvin yang sedang menjalani stase IPD, dan empat orang koas bedah yang saya tidak hafal namanya.

Entah mengapa (mungkin karena kekuatan pemanggil pasien saya?) malam itu IGD sangat penuh. Begitu saya menginjakkan kaki ke dalam, Yolan dan Nuril langsung memanggil saya untuk membantu memasang EKG ke dua pasien. Sejujurnya, saya sudah terlalu terbiasa memasang EKG sampai saya sering mengeluh ke teman saya, seandainya di logbook saya diminta memasang EKG sepuluh kali pun pasti bisa saya jalankan. Dan setelah berjuang dengan balon EKG yang terus-menerus lepas, kabel-kabel yang berbelit, dan kertas EKG yang mendadak habis sehingga saya terpaksa "meminjam" kertas EKG dari ruang resusitasi, kami menyelesaikan tugas tersebut.

Setelah sukses memasang EKG, Yolan dan Nuril kembali meneruskan tugas mereka memeriksa TNSP (tensi, nadi, suhu, pernapasan) semua pasien IGD, sementara saya menemui Jacky, yang malam itu memilih bekerja di ruang triase, membantu dua residen di situ memeriksa pasien. Sebetulnya tidak terlalu sulit. Yang perlu kami lakukan hanya menempelkan tensimeter elektronik di lengan pasien, kemudian memasang pulse oximeter di jarinya dan melaporkan hasilnya agar dicatat residen. Sesekali, kami diminta mengambil darah dan mengirimkannya ke laboratorium. Sejauh ini, tidak ada masalah apa-apa.

Tahu-tahu, di tengah kesibukan kami, datang seorang pasien, ibu-ibu sudah agak tua, ditemani beberapa anggota keluarganya. Ibu-ibu ini tampak sangat kesakitan dan memegangi perutnya sembari duduk agak membungkuk. Saya dan Jacky pun melakukan ritual kami menensi dan mengecek saturasi oksigen pasien, sementara dr. Mara, residen jaga, menanyakan kepada keluarga pasien ada keluhan apa.

Seorang anggota keluarga pasien, mungkin anaknya, menyodorkan sepucuk amplop kepada dr. Mara. Ternyata, di dalam amplop itu terdapat surat rujukan dari sebuah rumah sakit di Lombok. Ya, dari Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Saya pun bertanya kepada anak pasien tersebut, apa yang dikeluhkan pasien. Ia langsung bercerita, bahwa ibunya didiagnosis menderita "kiste" (mungkin maksudnya kista?) di abdomen, dan di daerah asalnya belum ada akomodasi yang memadai untuk menyembuhkannya, karena itu dirujuk kemari. Anak pasien mengakhiri penuturannya dengan mengatakan, "Saya jauh-jauh dari Nusa Tenggara Barat ke sini supaya ibu saya bisa berobat, Dok."

Deg.

Dari tempat sejauh itu? Untuk mengobati kista abdomen?

Saya merasa terhenyak karena tahu sekali kondisi IGD saat itu. Tidak berlebihan jika saya katakan malam itu pasien bertumpuk-tumpuk. Saya intip ke dalam, yang terlihat hanya barisan tempat tidur pasien yang dijajarkan sangat rapat satu sama lain. Bahkan beberapa pasien terpaksa duduk di kursi roda, saking kurangnya tempat tidur yang tersedia. Sebelum ibu ini datang, saya sudah menyaksikan dengan mata dan telinga saya sendiri bagaimana kami terpaksa menolak seorang pasien yang datang jauh-jauh dari Aceh dengan penyakit jantung, karena alasan klasik: IGD terlalu penuh.

 Sesabar mungkin, dr. Mara pun menjelaskan kondisi IGD rumah sakit ini kepada keluarga pasien. Saya tidak ingat kalimat persisnya, tapi akan saya jabarkan ulang sebisa saya.

"Jadi begini, Pak, Bu. Kami minta maaf, kami bukannya tidak mau menerima pasien ini. Tapi bisa dilihat sendiri, saat ini IGD sedang sangat penuh. Bahkan yang menunggu saja ada belasan," dr. Mara menunjuk ke sekelilingnya, ke arah pasien-pasien yang tengah terdiam menunggu giliran.

"Satu-satunya cara untuk memberi tempat kepada ibu ini adalah kalau ada pasien yang sudah stabil kemudian pulang, atau pasien pindah ke ruang rawat. Tapi ruang rawat juga sedang penuh, jadi terpaksa IGD berfungsi sebagai ruang rawat inap. Kami tidak mungkin mengusir pasien yang kondisinya juga belum stabil.

"Jika mau menunggu, saya persilakan. Tapi harus saya katakan bahwa kami tidak bisa memastikan sampai kapan pasien harus menunggu. Entah empat jam lagi, sampai pagi, atau sampai Minggu. Dan selama menunggu itu, kami tidak akan memberikan penanganan apa-apa. Apalagi pasien ini dirujuk ke bagian Bedah Digestif. Poli Bedah Digestif buka hanya setiap hari kerja, jam tujuh sampai kira-kira jam dua-tiga siang. Di IGD saat ini hanya ada bedah umum.

"Kalau saya boleh menyarankan, sebaiknya ibu ini dibawa ke rumah sakit lain untuk mendapatkan penanganan kegawatan. Baru hari Seninnya dibawa lagi kemari untuk diobati kistanya. Ah, tapi bukan di sini ya, tapi di poli Bedah Digestif," dr. Mara menunjuk keluar, menunjukkan arah poli.

"Sekali lagi kami minta maaf. Sungguh kami tidak bermaksud menolak pasien. Tapi beginilah keadaannya, kami juga tidak bisa berbuat apa-apa."

Keluarga pasien terdiam sejenak sebelum mulai berdiskusi. Tak lama kemudian, mereka menoleh kepada dr. Mara. "Kalau di rumah sakit Islam bisa pakai askes nggak, Dok?"

"Wah, maaf Bu, saya juga kurang tahu," jawab dr. Mara.

Keluarga pasien kembali berdiskusi, tapi tampaknya kali ini mereka sudah mengambil keputusan untuk membawa ibu mereka ke rumah sakit lain, paling tidak untuk mendapatkan penanganan kegawatannya. Sambil mengucapkan terima kasih, mereka pun melangkah keluar IGD, Jacky membantu mendorong kursi roda pasien sementara saya meneruskan memeriksa pasien lain.

Itu hanya sebagian kecil drama yang saya temui saat menjalankan tugas jaga semalam. Miris, tapi nyata. Saya baru sadar, pusat rujukan nasional memang seringkali mendapatkan pasien rujukan dari rumah sakit lain. Tidak hanya dari Jakarta, tetapi juga dari daerah-daerah nun jauh di sana. Dan lebih mirisnya lagi, rumah sakit ini pun kekurangan akomodasi untuk menangani pasien-pasien tersebut.

Mungkin, jika jumlah ruang rawat lebih banyak, maka IGD takkan berfungsi untuk rawat inap. Dengan begitu, IGD pun akan berfungsi sebagaimana mestinya, sebagai instalasi gawat darurat di mana pasien bisa memperoleh penanganan kegawatan dan kemudian langsung pergi, entah ke ruang rawat atau mungkin pulang. Tapi ah, bicara memang mudah. Lagipula, siapa saya? Saya hanya seorang koas, pemegang strata terendah di rumah sakit.

Saya hanya bisa berdoa dalam hati, semoga ibu itu bersama sekian banyak pasien lain yang jauh-jauh datang kemari takkan mengalami kejadian seperti ini lagi. Semoga mereka dapat memperoleh penanganan kegawatan yang semestinya sehingga dapat kembali ke kondisi kesehatan yang ideal. Semoga!

moving on

Belakangan ini, gue sadar suatu hal.

Kalau move on itu sebenernya nggak berat,

apalagi kalo lo udah nemuin ketertarikan baru.

Minggu, 09 September 2012

kontemplasi usia 20

Kemaren, tanggal 8 September 2012, gue secara resmi ulang tahun ke-20.

Yeah, gue udah kepala dua sekarang. Yahoo *insert sarcasm here*.

Kenapa gue harus insert sarcasm?

Well, karena sampe sekarang gue masih denial kalo gue udah 20 tahun.

Sehari sebelum ultah gue, nyokap ngajak gue ngomong. Katanya, perubahan usia gue dari 19 ke 20 ini adalah batu loncatan. Gue diharapkan jadi lebih dewasa, lebih bisa diandalkan, dan sebagainya.

Glek.

Gue? Jadi dewasa? Sampe sekarang, kemungkinan itu belom pernah terlintas di benak gue. Gue masih melihat diri gue sendiri sebagai anak kecil yang masih labil, belom bisa bertanggung jawab atas diri gue sendiri, bahkan atas orang lain.

Not to mention my recently found unhealthy obsession towards SHINee.

Gue rasa, buat jadi dewasa butuh lebih dari sekedar ulang tahun ke-20.

Tapi gimana caranya, itu tergantung sama gue sendiri.

Selasa, 28 Agustus 2012

beberapa percakapan terkait SHINee

"Gue udah janji, pas gue klinik, gue mau berhenti. Tapi kenyataannya sampe sekarang gue masih kayak gini."

"Ya jangan berhenti lah, O-chan. Anggep itu jadi energizer."

"Masalahnya buat gue itu distraction."

"Lah, gimana dengan gue? Gue kan baru mulai. Dan mood gue masih mood fangirl parah."

"Ati-ati lho Ta, itu racun."

"Iya, gue tau. Tapi gue harus gimana dong?"

(Percakapan antara Tata dan Ovi, membicarakan kemungkinan berhenti menyukai K-Pop gara-gara klinik)

-

"Lo yang ngeracunin gue, Kar, lo harus tanggung jawab."

"Eh, kok jadi nyalahin gue? Kan lo yang milih buat ikutan nonton SHINee."

"Iya. Tapi lo yang pertama kali mensuplai gue dengan SHINee."

"Hahaha. Ternyata butuh Sherlock dan Hello Baby buat ngubah lo jadi Shawol ya Ta?"

(Percakapan antara Tata dan Karina. Topik cukup jelas.)

-

"Kenapa sih lo jadi suka SHINee? Apa gara-gara 'I'm so curious yeah'?"

"Inget waktu kita masih angmud MA dan ikut RTA? Waktu itu kan kita bengong karena belom ngerti apa-apa tentang MA. Terus lo ngebuka-buka MV Ring Ding Dong di bb lo dan maksa gue nonton itu, lo bilang lo pengen ngeracunin gue. Tapi waktu itu belom sukses soalnya gue nganggep aneh banget bunyi bel aja dinyanyiin. Tapi setelah gue mulai suka K-Pop, gue ngeliat MV Sherlock dan jadi suka. Terus gue jadi penasaran aja yang mana namanya siapa. Apalagi waktu itu lo sodorin gue Hello Baby. Lama-lama afal dan jadi suka deh."

(BBM antara Tata dan Karina, membicarakan mengapa Tata jadi suka sama SHINee.)

-

"Apa yang lo suka dari SHINee? Penampilan, vokal, atau apanya?"

"Pertama sih pastinya penampilan dan vokal ya, kan gue pertama kali ngeliat mereka di MV Sherlock. Tapi setelah gue nonton Hello Baby dan tau karakter mereka, gue jadi suka sama mereka sebagai person."

(BBM antara Tata dan Karina, membicarakan apa yang disukai dari SHINee.)

-

"Kenapa lo paling suka Taemin?"

"Gak tau ya, pas gue nonton Sherlock, dia kan obvious banget dengan rambut extensionnya itu. Jadi gue awalnya suka karena dia yang paling gampang gue kenalin, hahaha. Apalagi dia cute banget. Dan entah kenapa meskipun gue tau dia sering dandan jadi cewek, gue malah gemes."

(BBM antara Tata dan Karina, membicarakan bias masing-masing di SHINee.)

-

"Kar, gue gak bisa dengerin lagu One Year Later pas puasa. Fix batal kalo gue denger suara lembutnya Onew."

"Sama. Gue bahkan gak bisa ngeliat foto-foto mereka, takut batal."

(Percakapan antara Tata dan Karina, membicarakan betapa SHINee bisa bikin puasa batal.)

-

"Kenapa ya Jonghyun nyebut-nyebut Taemin sama Minho terus di twitternya?"

"Yah, buat ngasih semangat ke mereka berdua? Minho kan lagi drama, dan Taemin lagi sering perform berdua sama Jjong."

"Terus kenapa Dubu nggak pernah nongol lagi? Yang hadir di acara-acara palingan cuma Jjong, Key, sama Tae. Bahkan twitternya nggak di-update."

"Nggak tau deh. Sibuk nyanyi buat OST dramanya Minho kali? Hahaha. Masalahnya dia tuh tertutup sih, kalo lagi cedera atau apa kita nggak tau."

"Iya nih. Terus Jjong sama Key kok nggak keliatan bareng-bareng ya?"

"Jangan-jangan mereka lagi berantem lagi?"

"Hah serius?!"

"Ya mana gue tau? Tapi masa sih Jongkey berantem, kan mereka deket banget."

"Jangan-jangan kayak gini. Jonghyun sama Key berantem soalnya Key cemburu Jjong duet sama Tae terus. Dubu sebagai leader yang baik nyoba ngelerai, tapi mereka sama-sama keras kepala. Akhirnya Dubu stres dan pulang ke rumah keluarganya. Karena stres, dia lupa bawa hape, jadinya nggak bisa nge-tweet. Minho yang nggak tahan mereka berantem terus akhirnya ke rumah Yoogeun, ngarep Yoogeun bisa bikin mereka baikan lagi. Tapi di tengah jalan ternyata ada jadwal shooting dadakan, jadinya Minho terpaksa ngebawa Yoogeun ke tempat shooting. Eh sutradaranya malah suka sama Yoogeun dan Yoogeun jadi cameo di dramanya Minho. Tapi karena Yoogeun udah keburu capek, nggak jadi deh nemuin SHINee appas-nya. Dan Minho karena sibuk main drama nggak bisa berbuat banyak."

"Hahahahahahahahhahaha!!! Tapi logis tuh."

("Fanfic" buatan Tata dan Karina, mengisahkan prahara di dorm SHINee karena kecurigaan adanya perseteruan antara Jonghyun dan Key.)

-

Kamis, 12 Juli 2012

Desk Klinik

Tahun ini, di MA, gue megang jabatan sebagai redaktur desk Klinik.

Ups, jangan karena mentang-mentang gue sekarang jadi redaktur, kerja gue lebih ringan dari reporter. Malah sebaliknya! Gue harus ngedit lima artikel setiap edisi (MA Klinik, Konsultasi, Tips dan Trik, MA Info, Asuhan Keperawatan). Ngedit aja udah nggak gampang, belom lagi follow-up reporter, ngasih nilai artikel, ngumpulin bank naskah, ngumpulin database narasumber, dan macem-macem lagi.

Tapi tenang, gue kali ini nggak mau ngeluh soal kerjaan gue itu. Malah sebaliknya.

Gue pengen cerita gimana gue bisa jadi redaktur desk klinik.


*

*

*

Sebelum masuk ke cerita utama, biarin gue jelasin dulu. Di MA ada lima desk, antara lain desk Headline, Klinik, Opini-Humaniora (Ophum), Ilmiah Populer (Ilpop) dan Liputan. Desk Headline ngurusin artikel-artikel di halaman terdepan MA, desk Klinik ngurusin artikel-artikel yang berkaitan dengan dunia klinik (tata laksana, diagnosis, pencegahan penyakit, dsb), desk Ophum ngurusin artikel-artikel opini dan humaniora (ya iyalah, you don't say?), desk Ilpop ngurusin artikel-artikel yang bobotnya ilmiah banget (ada artikel profil obat, profil alat kesehatan, intisari jurnal, dsb), dan desk Liputan ngurusin artikel-artikel yang harus diliput (liputan seminar, liputan institusi kesehatan, dsb). 

Selama gue masih jadi reporter junior, gue selalu membayangkan diri gue jadi redaktur liputan. Entah kenapa. Mungkin karena pas gue masih PPAB (program penapisan anggota baru a.k.a calon anggota), gue ditugasin ngeliput, and I really enjoy it. Meski pas jadi reporter junior gue sedikit kurang beruntung dalam ngedapetin seminar buat diliput, gue masih cinta sama liputan, dan gue pengen berbagi kebahagiaan gue dalam meliput itu ke orang lain.

Gue usahain segala hal supaya jabatan itu bisa jatoh ke tangan gue. Setiap orang yang gue temui selalu gue cekokin dengan keinginan gue itu, redaktur liputan, redaktur liputan, redaktur liputan. Waktu gue diwawancara PSDM, gue bilang tahun kedua nanti gue mau jadi redaktur liputan. Gue selalu berusaha sesemangat mungkin kalo lagi dapet rotasi di desk liputan. Gue jadi redaktur desk liputan Korpus (Koran Kampus) dengan harapan semoga para redaktur di MA bisa melihat bahwa gue cukup kompeten dalam mencari info acara atau seminar.

Sampe akhirnya tiba saatnya Rapat Tahunan Anggota (RTA).

Di RTA, kita bakal milih petinggi-petinggi MA yang baru (dalam hal ini, pemimpin umum, pemimpin redaksi, pemimpin direksi, dan pemimpin produksi). Tiga senior gue, Kak Dewi, Kak Fadhlan, dan Kak Johan maju mencalonkan diri jadi pemred.

Setiap kali salah satu dari mereka selesai presentasi, Kak Liwang (pemred lama) bakal nanyain siapa aja yang bakal mereka plot sebagai redaktur. Dan gue kaget setengah mati karena Kak Dewi dan Kak Fadhlan sama-sama pengen nunjuk gue jadi redaktur desk HEADLINE. Padahal, itu desk yang sangat sangat gue hindari, dan gue paling gak suka kalo ditempatin di situ. Syukurnya, Kak Johan baik sama gue dan nge-plot gue sebagai redaktur liputan.

Belakangan, Kak Johan yang kepilih jadi pemred, dan gue pun melonjak seneng. Gue bisa jadi redaktur liputan! Gue ngedapetin impian gue! Saat itu juga rasanya gue pengen nangis bahagia.

Tapi ternyata, Kak Johan punya pertimbangan lain setelah jadi pemred. Setelah diskusi sama Kak Liwang, gue dan Vrina (temen sesama reporter yang tadinya di-plot Kak Johan jadi redaktur desk klinik) pun dipanggil. Kak Johan ngejelasin, kalo dia sebenernya pengen ngejadiin Vrina redaktur liputan soalnya Vrina anggota BEM dan CIMSA yang pasti punya banyak akses ke berbagai acara dan seminar, tapi takut kalo dia ngejadiin Vrina redaktur liputan, Vrina bakal terlalu sibuk (dulu, desk liputan ada 8 artikel!!). Setelah bicara sama Kak Liwang, diputusin bakal ada pergantian grand design SKMA, dan artikel liputan bakal dipotong jadi ada 6 aja. Dan Kak Johan minta gue dan Vrina buat tuker peran, karena dia ngeliat gue lebih bagus di desk klinik. Dengan besar hati, gue pun bilang ya. Jadilah gue redaktur klinik.

Hari-hari berlalu. Gue sukses ngedit desk klinik edisi Maret-April. Meski ada satu artikel yang sedikit bermasalah, gue berhasil melalui semua itu dengan lumayan baik, makasih buat para reporter yang cukup kooperatif dan Kak Johan yang senantiasa mendukung gue. Masalah yang sama gue temui di edisi Mei-Juni, tapi setelah curhat mati-matian sama Kak Johan dan berdoa supaya gue nggak menzalimi orang, gue sukses juga ngedit semuanya.

Dan saat gue duduk di depan komputer, pikiran gue dipenuhi kecemasan karena keputusan gue kali itu bisa menyakiti banyak pihak tapi serius, gue nggak bisa menyalahi idealisme gue sendiri, dan gue harus melakukan yang terbaik demi desk klinik, desk gue, gue pun sadar....gue jatuh cinta sama desk klinik.

Setelah gue pikir-pikir, what's there not to love dari desk Klinik? Gue cuma punya lima artikel buat diedit. Gue gak perlu susah-susah main bahasa (meskipun nyari judul buat desk klinik bikin gue harus ngubek-ngubek thesaurus berjam-jam!!!). Gue bisa belajar banyak hal dari ngebaca artikel-artikel tulisan reporter. Dan yang paling asyik...nggak susah ngumpulin bank naskahnya. Nyari kontributor juga gampang. Satu-satunya yang gue sebelin adalah lead dan judulnya yang monoton, hehehe.

Dan sekarang, saat Kak Johan mutusin buat ngadain rotasi redaktur dan gue ditempatin di Desk Ophum, gue nangis....karena hati gue udah belongs to desk Klinik.

Bahkan gue gak akan keberatan kalo taun depan jadi redaktur lagi, hehehe.

Buat para reporter, tetep semangat yah! Terutama buat *piiip* yang pernah gue cecer seminggu penuh buat nulis ulang artikelnya, buat *piiiiiiiippp* yang selalu gue puji setiap kali rotasi di desk klinik, juga buat *pipip* yang pernah bikin gue nangis bahagia karena judulnya yang sangat kreatif (oke, yang terakhir ini bukan reporter, tapi whatever). I love you all, and I love Desk Klinik very very much!

Selasa, 08 Mei 2012

The Avengers

Sebenernya selama ini gue banyak posting tentang film-film yang baru aja gue tonton di twitter. Tapi karena satu dan lain hal, tentang film yang satu ini bakal gue post di blog.

Kenapa, oh kenapa?

Yah, salah satunya karena film ini OFFICIALLY adalah film favorit gue...at least, buat sementara ini hahaha.

Gue suka banget sama film ini. Oke, dari jalan cerita sama aktingnya sih nggak istimewa banget (dan gue sempet mikir, "Loki, lo nggak ngerti anatomi manusia ya?" pas dia mau nusuk jantungnya Hawkeye tapi malah nusuk dada sebelah kanan), tapi dari action dan special effectnya... KEREN PARAH.

Gimana mereka berantem terus di awal, tapi pada akhirnya they put aside their differences and learn to work together, under the command of Captain America.

Dan salah satu alesan kenapa gue suka banget film ini, adalah karena cowok satu ini:



Clint Barton a.k.a. HAWKEYE <3 <3 <3

Gue suka banget sama dia. Meskipun di awalnya dia sempet jadi jahat gara-gara pikirannya dikontrol sama Loki *spoiler alert* tapi akhirnya dia sadar lagi dan ngebantu The Avengers ngeraih kemenangan. Selain itu, dia juga nggak punya kekuatan super, dan itu justru jadi nilai plus buat gue. Karena meski dia bisa dibilang orang biasa, he is able to overcome his weaknesses and become the greatest archer in the world. Selama di film, panahnya nggak sekalipun meleset. Well, that's why he's called Hawkeye, right?

Yeah, sekarang dia resmi jadi superhero terfavorit kedua gue, setelah Daredevil tentunya. Coba dong bikin filmnya dia, terus di situ ada adegan dia rebutan Black Widow sama Daredevil. Pasti seru deh hehehe.

Tapi yang lain juga keren kok. Nih, bakal gue cantumin foto-foto mereka semua beserta adegan favorit gue tentang mereka:



Well, ini Tony Stark a.k.a Ironman. Dan sama kayak di film-film sebelumnya, perannya jadi orang nyebelin. Waktu pertama kali ketemu Thor, dia bilang, "Apa ibumu tahu kalau kau memakai tirainya?" dan waktu ketemu Loki, dia bilang, "Cuma ada satu Tuhan, dan bajunya tidak seperti itu." Well, kalo minjem istilahnya Nanda, dia itu scumbag. Tapi gue sendiri tau, kalo dia nggak kayak gitu, filmnya nggak akan terlalu menarik. Adegan kesukaan gue? Pertama, pas dia ngelempar misil ke pesawat Chitauri. Kedua, pas dia ketemu Loki dan Loki gagal nguasain dia gara-gara arc reactornya itu. Ngakak parah.



Yang ini, nggak usah ditanya lagi, Bruce Banner a.k.a Hulk. Awalnya sih gue nggak ngenalin dia (pas dia masih jadi manusia) tapi pas adegan dia ketemu Black Widow, gue langsung tau kalo itu Hulk. Kalo lagi jadi manusia, dia jenius parah dan gue nggak ngerti omongannya sama Tony Stark. Tapi pas jadi monster, dia sempet ngancurin pesawat Avengers. Adegan kesukaan gue, pas dia ngebanting-banting Loki. Agak nggak elit sih, tapi yaudah lah ya.



Nah, yang ini Thor (alias Goldilocks, hahaha canda). Satu hal yang menurut gue bikin karakter ini menarik adalah karena dia bukan manusia. Dia dewa petir dari Asgard yang sempet dikirim ke bumi karena sombong, dan harus ngelawan saudara tirinya sendiri, Loki. Salah satu dialog dari film ini yang menurut gue paling kocak adalah waktu dia ngomong sama Natasha, "He's my brother." Natasha ngejawab, "Dia ngebunuh 80 orang dalam 5 hari." dan dia diem sebentar terus bilang, "He's adopted." Ngakak parahh. Adegan kesukaan gue, waktu dia berantem berdua aja sama Loki.



The leader, Steve Rogers a.k.a Captain America. Kesan gue pertama waktu nonton film Captain America, kostumnya agak konyol dan Chris Evans agak kurang cocok meranin dia. Tapi di film The Avengers, kesannya dia lebih "dark" dan serius, dan dia bener-bener bisa jadi kapten buat The Avengers. Salah satu dialognya dia yang paling memorable buat gue adalah waktu dia nanya ke Nick Fury, "Apa bintang dan garis nggak terlalu old-fashioned?" dan Nick Fury jawab, "Kadang-kadang kita butuh sesuatu yang old-fashioned." Adegan favorit gue, pertama waktu dia ngelerai battle antara Ironman dan Thor, dan kedua pas dia mimpin semuanya di perang ngelawan Loki.



The last but not least, and the only woman in The Avengers (at least in the movie), Natasha Romanoff (though it should be "Romanova") a.k.a Black Widow. Gue suka karakternya karena dia, sama kayak Hawkeye, dia nggak punya kekuatan super, tapi emang dia jago beladiri dan main senjata. Meski gue sampe sekarang nggak bisa ngerti kenapa dia bisa tau rencana Loki buat ngelepasin Hulk. Selain itu, adegan romance-nya sama Hawkeye jadi pemanis buat film ini, tapi nggak berlebihan. Adegan favorit gue, waktu dia ngelawan musuh-musuhnya di awal film, dan yang kedua pas dia berduaan sama Hawkeye yang baru sadar.



This is the villain that must be battled by the Avengers, Loki. Dia aslinya adik tirinya Thor, tapi dia ngiri berat sama kakaknya itu gara-gara Thor lebih superior dalam segala hal dibandingin dia. Di film Thor, dia dibuang dari Asgard, tapi di film ini dia bikin perjanjian sama kaum Chitauri dan ngelawan The Avengers. Yang gue agak nggak suka, di sepanjang film perannya udah jadi orang jahat yang keren gimana gitu, tapi endingnya malah lemes gara-gara dibanting-banting sama Hulk.


Yah, mungkin sekian dulu deh yang bisa gue tulis tentang The Avengers. Panjang, emang, that's why gue gak bisa nulis cuma di Twitter. Dan gue nggak mau nulis lebih banyak spoiler, ntar nggak seru buat yang mau nonton, hehehe. Yang jelas, sekali lagi gue bilang gue cinta banget sama film ini dan gue cinta banget sama Hawkeye.^_^ Waiting for the second movie!

Senin, 09 April 2012

"Orang Pinter yang Pelit"

Oke, gue tau lo semua mungkin gak suka baca-baca kisah zaman SMP gue yang semua intinya adalah curhat hal-hal gak penting yang harusnya udah gue lupain dan maafin. Tapi masalahnya, gue gak bisa lupa. Maybe gue emang sedikit pendendam, dan gue merasa dengan ngeluapin di blog ini gue bisa sedikit bebas dari perasaan-perasaan jelek yang udah ngendep dari SMP.

Tapi, gue sendiri merasa kalo gue cuma pengikut pepatah, "forgive your enemies, but don't forget their names."

Jadi....kali ini kita bakal balik ke cerita masa SMP gue, yang terjadi saat gue kelas 2 SMP dan lagi ujian akhir semester.

-

Gue udah pernah cerita, gimana di SMP gue terkenal sebagai cewek pendiem, nerd, aneh, gak punya temen, dan pinter (sekali lagi gue gak bermaksud nyombong, ini predikat yang dikasih temen-temen sekelas gue). Tapi satu predikat yang paling gue inget nempel di gue (dan itu menggaung banget pas gue kelas 2 SMP) adalah cewek pinter yang pelit.

Bukan pelit soal duit ya. Oke, itu juga tapi orang-orang mana tau dan peduli kondisi dompet gue sih. Tapi yang gue maksud adalah pelit ngasih contekan.

Gue, sebagai cewek yang dulu dianggep punya otak lumayan dan hampir selalu masuk lima besar di kelas, sering jadi sasaran temen-temen sekelas gue yang males belajar dan ngandelin contekan buat nggak remed di setiap ulangan. Masalahnya, gue waktu itu cukup idealis dan gue punya prinsip, nggak akan ngasih contekan. Karena itulah, temen-temen sekelas gue jadi benci sama gue dan lantas ngejulukin gue cewek pinter yang pelit.

Waktu sekolah gue ngadain ujian akhir semester 2, kebetulan di saat yang sama lagi ada World Cup 2006. Bisa bayangin dong, seberapa heboh animonya. Temen-temen gue banyak yang nonton, bahkan sampe begadang. Tapi gue nggak, karena waktu itu gue masih anak baik-baik yang nggak akan nonton bola kalo lagi ujian, gue nggak kuat begadang, dan gue juga belom suka bola.

Di SMP gue waktu itu, ada kebiasaan buat baris di luar kelas sebelum masuk buat ngerjain ujian. Jadi, seperti biasa, gue waktu itu udah naro tas di dalem kelas dan ngikutin temen-temen gue keluar buat baris dulu sebelum diizinin masuk lagi. Waktu gue jalan keluar kelas, di depan gue ada dua temen sekelas gue, sebut aja A dan B. Dan mereka lagi ngobrol soal pertandingan semalem. Gue nggak maksud nguping, tapi gue tepat berada di belakang mereka jadi mau nggak mau gue denger. Lagian, mereka tau kok ada gue. Dan inilah kurang-lebih isi pembicaraan mereka:

A: Lo nonton pertandingan semalem?
B: Iyalah, seru banget. Lo nonton?
A: *dengan suara dikerasin sambil ngelirik gue* Pastilah. Yang nggak nonton kan cuma ORANG-ORANG PINTER YANG PELIT.
Gw: ..................................................................................................

Tega banget. Sumpah.

Apa dia kira dengan ngomong gitu, gue bakal ngerasa kesindir dan lantas ngasih contekan ke dia? Apa dia nggak ngerti kenapa gue nggak mau ngasih contekan? Soalnya gue mau dia belajar! Apa nantinya pas dia udah kerja, dia masih bakal ngemis-ngemis ke gue minta gue bantuin dia? Nggak kan?!

Well.

Sekali lagi gue bilang, gue bisa maafin perkataannya yang nyakitin gue, tapi gue nggak akan pernah lupa.

Kamis, 15 Maret 2012

Yes, I'm a stalker. And yes, I'm pathetic.

Who are you going to call?

Are you missing me right now?

Who is that girl you sometimes faintly mention in your tweets?

Is there someone else who catches your attention?

Do you ever mention me in your tweets since that day?

What is your feeling towards me right now?

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Yea, that's what you got when you stalked your ex's Twitter.

Pathetic, right?

It's been almost a year, yet I still keep his photo in front of me, I still use the date of our anniversary for my LJ, I haven't changed my passwords (which contains his name in them).

Does it mean that I haven't been able to move on?

I don't know, really.

But I know I still love him.

Minggu, 29 Januari 2012

why angst??

This post is inspired by a best friend of mine, who came to my house a few days ago. Since she is the one who gets the privilege to read my stories first, I showed her my newest fics, and I also told her about my plans for the next ones.

She listened to me, and as I finished talking, she asked me,

"Kenapa sih lo selalu bikin tokohnya mati, Ta?"

Honestly, I don't really get it myself. But I find that writing stories with character death is always exciting. It seems like I'm exploring a new world (because no one alive really knows what will happen after death, right?). Especially if the one I "killed" is the one I like the most.

Well, maybe a normal person shouldn't kill someone he/she loves, but whatever.

So, I'll keep writing stories with character death.

SPOILER: My next fic will be based by the MV of 2AM's "You Wouldn't Answer My Calls"!

Selasa, 17 Januari 2012

Aku Wanita Biasa

 Jika ada seseorang yang bertanya, siapa diriku?

Maka akan kujawab,

Aku wanita biasa.

Ya, aku hanya wanita biasa, tanpa kelebihan apa-apa.

Coba lihat saja aku.

Wajah dan penampilanku standar-standar saja. Tidak secantik maupun semodis Davrina Rianda.

Nilaiku? Meski cukup untuk lulus modul, jelas masih kalah jauh dibandingkan Oviliani Wijayanti.

Suaraku sumbang kalau bernyanyi. Tidak merdu seperti Fienda Ferani.

Aku punya bakat apa? Oh, aku bisa menulis. Tapi sepertinya, tulisanku masih kalah jauh jika dibandingkan Alia Nessa, Oviliani Wijayanti, Ireska Tsaniya Afifa, Davrina Rianda, Imam Tongku Padesma, Karina Maharani Pramudya, Aldo Ferly, dan Naela Himayati Afifah.

Air mataku terlalu mudah menetes. Tidak seteguh Afifah Putri Handayani.

Aku tergolong pemalu dan tidak suka bicara di depan banyak orang. Tidak sefrontal Aravinda Pravita Ichsantiarini.

Dan jelas aku bukan tipe wanita lembut dan keibuan seperti Enninurmita Hazrudia.

.

.

.

Tapi aku bisa mencinta.

Cinta yang setia dan satu-satunya.

Aku tidak tahu kapan, tapi aku berharap suatu saat kau akan menyadarinya.


-untuk seseorang yang sedang berjuang, nun jauh di sana-

Senin, 02 Januari 2012

life isn't fair in junior high school...

Setelah berbulan-bulan gak nulis apa-apa di blog, akhirnya hari ini gue memutuskan untuk beraksi kembali... *tsaah* dengan tulisan yang pernah gue janjiin di twitter gue, gimana hidup gak adil banget saat gue masih SMP.

Hmm....gue mulai dari mana dulu nih??

Oke, waktu gue SMP, bisa ditebak gue bukan cewek yang populer banget. Malah, lo bisa bilang gue termasuk "golongan terbuang". Di kelas, gue lumayan dikenal sebagai penghuni kelompok orang-orang yang tergolong pinter (bukan maksud sombong ya) tapi ya itu. Gue orangnya dieeeem banget, cuma punya temen dikit, dan keseharian gue diisi dengan nyoret-nyoret hasil pertandingan bola di diary (ini serius!!)

Gue juga dianggep nggak gaul dan nggak update dan nggak keren. Gue nggak bisa menyangkal fakta ini karena satu hal: gue selalu make rok di pinggang. Dan saat itu lagi trendnya model hipster, dimana satu kelas gue make roknya di pinggul (gak takut merosot noh roknya? Gue tarik dikit juga lepas). Rambut gue saat itu keriting kriwil-kriwil dan ngembang (gue belom pake jilbab waktu itu) yang jelek banget diliatnya kalo gue urai begitu aja, jadinya biasanya gue minta mbak gue buat ngepang jadi dua kepang kecil pendek gendut yang fungsinya emang cuma bikin rambut gue keliatan rapi. Gue juga nggak update sama musik-musik terbaru.

Saking kupernya gue, dulu kelas gue pernah bikin tulisan nama anak-anak kelas yang ditempel di depan pintu dan nama gue gak ada di situ. Gue sok cool aja dan pura-pura nggak tau, tapi dalem hati gue pengen bejek-bejek tuh muka anak-anak yang bikin.

Dengan semua kekuperan gue tersebut, bisa ditebak kalo gue juga salah satu korban ketidakadilan di sekolah. Dan itulah yang pengen gue ceritain hari ini.

So, here it goes....


1. Tato

Jangan salah tangkep, gue bukan penggemar tato. Gue nggak pernah pengen punya tato. Tapi waktu itu gue liburan ke Bali bareng beberapa sepupu gue, dan mereka semua bikin tato temporary, jadi gue tergoda buat bikin juga.

Gue milih untuk ditato di lengan atas gue, di daerah yang nggak akan keliatan kalo gue pake seragam. Peraturan di SMP gue jelas bilang kalo murid nggak boleh ditato. Tapi gue mikir, selama tatonya gak visible, gue aman-aman aja. Pilihan gue pun jatuh ke tato motif bunga yang so sweet banget.

Lewat beberapa hari, gak ada yang tau gue punya tato temporary. Gue sih cool aja, toh gue bikin tato itu cuma buat kesenengan pribadi gue dan gue gak berniat mamerin ke siapa-siapa. Sampe suatu saat....

Gue ada pelajaran olahraga, dan gue ganti baju bareng beberapa temen sekelas gue di kamar ganti cewek. Dan saat gue ngelepas seragam gue, salah satu temen gue ngeliat tato gue.

Gue masih tetep cool, toh gue gak merasa ada yang salah dengan tato ini, lagian udah mulai pudar juga sih. Tapi temen gue yang ngeliat tadi langsung bisik ke temennya yang lain, dan gue denger percakapan mereka, "Tata preman banget."

WHAT???

Tapi sebenernya bukan itu sih yang bikin gue marah. Gue maklum aja, mungkin mereka nggak ngira gue yang punya image nerd itu pasang tato.

Sampe beberapa bulan kemudian, ada temen gue, sebut aja A, yang pergi ke Bali juga. Beda sama gue, si A ini cantik banget, keren, gaul, well, you name it. Dan dia cerita ke temen-temennya kalo pas di Bali dia bikin tato temporary. Sontak semuanya heboh dan pengen ngeliat.

Dan di venue yang sama, kamar mandi cewek sebelum pelajaran olahraga, dia mamerin tatonya itu.

Dan tau gak dia bikin tato di mana?

Di bagian anatomis tubuh kita yang biasa kita pake buat duduk, alias p*nt*t.

Subhanallah....

Dan apa kata temen-temennya?

"Sumpah, tatonya keren abis."

Well.

Gue yang bikin tato motif bunga yang so sweet dan gue taro di lengan atas yang gak keliatan, dibilang preman.

A yang bikin tato dengan motif lebih gahar dan dia taro di p*nt*t, dibilang keren.

Terserah sih mau nganggep apa, yang jelas gue merasa gue udah diperlakukan nggak adil.


2. Rok

Seperti yang udah gue bilang tadi, gue kalo ke sekolah selalu make rok gue di pinggang.

Cewek-cewek 9@h03Lz di sekolah gue nggak suka ngeliat itu. Mereka kayaknya nganggep gak bener kalo ada yang gayanya nggak kayak mereka. Jadi, mereka sering ngedatengin gue buat nasihatin gue buat make rok gue di pinggul.

Setiap kali gue protes dan bilang kalo rok gue gak cukup buat di pinggul, mereka nyuruh gue buat ngejebol sebagian jahitan rok gue biar agak longgar dan bisa gue pake di pinggul. Bahkan salah satu temen gue yang berbaik hati nawarin biar dia aja yang ngejebol.

Usaha mereka nggak membuahkan hasil. Gue tetep aja dateng ke sekolah dengan rok di pinggang, kacamata setebel pantat botol, rambut kriwil-kriwil yang ogah gue lurusin (mereka juga nyuruh gue buat rebonding rambut, dan gue tolak). Yeah. Tipikal cewek nerd.

Sampe akhirnya mereka kayaknya fed up sama gue dan berusaha menyindir gue.

Jadi, dua orang dari geng cewek 9@h03Lz (sebut aja B dan C) difoto temen-temennya dalam rok yang ditarik ke atas sampe di bawah dada (sumpah itu lebaynya parah!!) dan kacamata tebel. Di sekelilingnya, dikasih gambar bintang-bintang. Dan foto itu dikasih liat ke gue.

Gue nggak akan nulisin reaksi gue ngeliat foto itu, yang jelas gue tetep nggak ngubah style gue selama SMP. Tapi yang bikin gue tersinggung adalah....

FOTO ITU DIPAJANG DI BUKU TAHUNAN.

Yak, buku tahunan. Yang diliat semua anak-anak se-SMP gue. Foto yang jelas-jelas mengejek gue.

GAK PUNYA PERASAAN BANGET SIH???

Gue diem bukan berarti gue gak marah ya ngeliat foto itu?! Maksudnya apa sih? Masih mau ngejar-ngejar gue buat make rok hipster dan ngerebonding rambut sampe gue SMA?!

Coba lo sekarang berani make rok hipster di depan gue, bakal gue ketawain abis-abisan. Kenapa? Sekarang trendnya rok di pinggang :)

Tapi sekarang gue nyoba mikir lebih jernih. Mereka udah jelas-jelas ngehina gue. Buktinya keliatan jelas di foto itu. Dan foto itu dengan bangga mereka sebarin ke mana-mana. Jadi mereka bangga ya nyebarin kejelekan mereka? Mereka bangga dengan kenyataan kalo mereka udah ngejek gue?

Gue nggak tau apa yang ada di pikiran mereka waktu mereka naro foto itu di buku tahunan.


Well, itulah dua cukilan memori ketidakadilan yang pernah gue alami di SMP. Buat lo semua yang pernah terlibat dalam dua peristiwa di atas, tenang aja, gue udah maafin kok. Tapi gue gak akan lupa.. :)