Selasa, 20 September 2011

pengalaman sebagai fasil PSAF.... (Day 2)

Melanjutkan posting saya sebelumnya, di mana saya menceritakan pengalaman saya menjadi fasil PSAF di hari pertama. Sekarang saya akan menceritakan bagaimana pengalaman saya di hari kedua.

Seperti hari sebelumnya, pukul lima dini hari saya sudah bersiaga di kampus untuk menanti kedatangan maba. Karena sebelumnya sempat terjadi masalah antara pihak panitia dan dekanat, kami jadi dilarang menggunakan tensi dua (sayang, padahal itu "puncak"nya tuh, wkwkwk). Saya dan Kak Dani kembali berkumpul untuk mendiskusikan beberapa hal. Karena hari ini angkatan 2008 dan 2007 harus memilih stase klinik, kemungkinan besar Kak Dani harus "vakum" sebentar dari jam 9, jadi sayalah yang memegang tanggung jawab lebih besar hari ini.

Kami pergi ke lapangan untuk menyambut maba. Terasa sekali bedanya dengan kemarin, karena anak keamanan nggak marah-marah lagi. Saya nggak tahu, para maba ngerasain atau nggak. Intinya, kami kembali ngelakuin segala ritual ngumpulin tugas dan ngecekin kelengkapan maba, dan kami bersyukur karena hari ini nggak ada maba di kelompok kami yang telat. Sayangnya, satu maba, Dyna, yang sempat saya sebut di post sebelumnya, nggak masuk. Apa karena masih syok ya?

Maba langsung ngelakuin perpindahan ke aula, sementara kami kembali ngemper di selasar histo buat meriksa tugas maba. Kali ini, waktu meriksanya panjang banget, menurut Kak Ira (PJ fasil taun lalu) jauh lebih panjang dari taun lalu. Dan tetep aja, saya harus tahan ngedenger teriakannya Kak Dani setiap beberapa detik sekali. Tapi begitu jam 9, suasana jadi agak lebih tenang karena Kak Dani udah sibuk nyoba buka siak...and guess what? Pengisiannya ditunda jadi jam 12. Saya terpaksa nyengir-nyengir aja ngedengerin Kak Dani ngamuk-ngamuk (maaf ya kak, saya nggak bermaksud ngejek kakak kok....).

Begitu tugas maba udah selesai dinilai, saya cepet-cepet kabur ke kamar mandi. Sekembalinya saya, saya ngecek lagi tugas maba kalau-kalau ada plagiarisme. Dan dapetlah, tiga maba di kelompok saya yang satu tugasnya sama persis. Ada dua orang lagi sih yang tugasnya sama, tapi yang satu kurang satu paragraf, jadi Kak Dani nggak nganggep itu sebagai plagiarisme.

Meriksa tugas udah selesai, tapi tugas saya selanjutnya masih lama. Akhirnya, saya ngemper di MA sambil nonton Running Man bareng Mbak Lilis (kalo maba tau panitia pada gabut, bisa diapain yahh, wkwkwk). Saya baru keluar lagi waktu briefing sidang (saya yang ikut sidang hari kedua, inget?). Dan terpaksa pasrah menerima kenyataan kalau banyak maba di kelompok saya dapet strata mayor.

Kali ini, kelompok saya kebagian sidang di lab biokimia. Saya dan hakim (maaf saya lupa siapa nama hakimnya -_-) udah siaga di sana, sementara sang keamanan kelompok, Avian, malah ilang entah kemana. Syukurlah, waktu maba dateng, akhirnya dia nongol juga. Saya buru-buru pasang muka jaim. Dan sidang pun dimulai.

Mekanisme sidangnya kayak gini. Keamanan manggil maba secara acak, nyebutin kesalahan-kesalahannya, dan mengonfirmasi apakah itu benar. Kalau maba protes, saya akan ngambil tugasnya dan nunjukin ke anak keamanan dan maba itu sendiri. Kalau ternyata saya salah meriksa, atau si maba punya alesan bagus kenapa dia nggak ngerjain, stratanya bisa turun. Tapi kalau alesannya nggak bagus, stratanya bisa naik.

Sebagai fasil, saya berusaha objektif menilai maba dan nggak ngejatuhin mereka, tapi sialnya, ada satu keamanan lagi yang ikut sidang kelompok saya dan itu adalah Beta. Beta adalah teman seangkatan saya yang badannya agak kecil tapi galaknya minta tobat. Nggak se-toa Kak Dani, tapi suaranya Beta jauh lebih cempreng. Jadilah saya cuma bisa pasrah dan mendoakan kemaslahatan maba-maba kelompok saya yang jadi "korban" Beta. Parahnya, ada satu orang yang sampe nangis (maaf ya dek, saya juga lupa nama kamu... X_X) tapi karena alesannya emang bagus, stratanya diturunin.

Di hari kedua, eksekusi strata langsung di tempat. Saya ditugaskan menilai maba kelompok saya yang mendapat strata 1 dan 2. Yang strata 1 ditugaskan memeragakan cara mencuci tangan yang baik dan benar, sedangkan yang strata 2 harus melakukan monolog komunikasi dokter dan pasien dengan kondisi pasien sedang panik akan melahirkan. Sejujurnya sih mereka nggak terlalu bagus peragaannya, tapi berhubung saya fasil yang baik hati dan tidak sombong (iya, narsis, saya tau) saya lulusin aja.

Seusai sidang, maba ngikutin Mahasiswa Peduli (di mana mereka akan diamukin dan disuruh bikin baksos), sementara saya ngemper di FSI dan tidur di sana sampe saatnya kumpul di aula. Di aula inilah, maba akan diajak merenung, dan kemudian ada acara "Kejutan Ulang Tahun" yang saya suka. Jadi ceritanya, maba-maba yang ultah bulan Agustus dipanggil ke depan dan dibilangin bahwa mereka udah ngelakuin kesalahan yang sangat berat. Pas mereka udah deg-degan, satu angkatan plus panitia nyanyiin lagu Happy Birthday buat mereka. Habis itu mereka dapet kado deh. Hehehe.

Setelah acara di aula, maba salam-salaman dengan semua panitia dan ngambil makanan serta ta'jil. Karena heboh, saya dan Kak Dani jadi agak repot ngumpulin maba kelompok kita buat ngembaliin tugas dan barang berharga. Begitu mereka kumpul, saya nggak ngelewatin kesempatan ini buat nanya, "Gimana menurut kalian, difasilin sama saya? Ada keluhan nggak, misalnya saya galak, jutek, atau apa?"

Syukurnya, maba-maba di kelompok saya semuanya bilang kalau saya baik banget, bahkan ada satu yang ngedoain saya cepet dapet jodoh yang ganteng (ini serius!). Saya ngaminin aja deh, meski sempet syok karena nggak nyangka didoain kayak gitu. Saya juga sharing dikit tentang FKUI dan PSAF, dan saya cerita kalau ini pengalaman pertama saya sebagai fasil soalnya pas PSAF tahun lalu, 2009 belum diizinin jadi fasil.

Setelah semuanya selesai, kami nyempetin diri buat foto bareng. Dan saya bilang ke maba-maba kelompok saya, "Nggak apa-apa kalian nggak jadi kelompok terbaik, kalian tetep kelompok terbaik yang pernah saya fasilin...."

Dan mereka ngebales, "Karena kita kelompok pertama yang pernah kakak fasilin?"

Saya nyengir.

Well, akhirnya dua hari PSAF selesai. Melelahkan, tapi saya puas. Saya berhasil melaksanakan tugas saya mengayomi maba, dan saya juga senang karena sepertinya saya berhasil menanamkan citra baik dalam hati mereka. Meskipun sekarang saya sudah lupa sebagian besar dari mereka (maafkan saya dek, saya emang pelupa) tapi saya tidak menyesal pernah menjadi fasil. Saya bisa belajar bagaimana "mengasuh" adik kelas. Dan tentunya, mendapat bayaran berupa senyum dan sapaan saat saya lewat di depan mereka....

Jumat, 09 September 2011

pengalaman sebagai fasil PSAF.... (Day 1)

Tanggal 15-16 Agustus lalu, seperti biasa FKUI mengadakan Pengenalan Sistem Akademik Fakultas (PSAF). Dan seperti tahun lalu, saya mendaftar sebagai panitia. Kali ini, saya masuk sie Fasilitator, berhubung saya sudah masuk angkatan yang cukup tua (hehehe).

Saya terpilih untuk memfasili kelompok 1 bersama Kak Dani, senior saya dari angkatan 2007 yang saya belum terlalu kenal. Oh, saya tahu Kak Dani, tentu, berhubung dia pernah menjadi calon ketua senat, tapi saya belum terlalu mengenalnya secara pribadi. Karena itu, kami baru benar-benar mendiskusikan pembagian tugas pagi-pagi saat kumpul fasil sebelum maba datang.

Dengan suit, diputuskan bahwa Kak Dani akan menemani maba untuk tur intrakampus, sementara saya menunggui maba telat. Kemudian, kami akan memeriksa tugas bersama-sama, barulah saya menemani maba untuk jumpa pahlawan. Kami juga sepakat kalau Kak Dani akan mengikuti sidang maba di hari pertama, sementara saya mengikuti sidang di hari kedua.

Setelah menyepakati itu semua, saya dan Kak Dani bergegas ke lapangan parkir depan untuk menyambut maba. Para maba belum berkumpul, namun para panitia sudah tersebar di segala penjuru lapangan. Beberapa saat kemudian, saya mendengar panitia Keamanan mulai berteriak-teriak, pasti maba sudah mulai datang. Benar adanya, sosok-sosok berbalut seragam putih dan hitam mulai berlarian memasuki lapangan parkir, menyandang tas karung putih dengan makara hijau dan tulisan FKUI 2011, mengenakan berbagai atribut khas PSAF.

Saya dan Kak Dani pun menyiapkan lembar penilaian, nametag peserta, dan trashbag yang akan dipakai untuk mengumpulkan tugas dan barang maba. Kami berkata kepada maba, "Tolong keluarin semua barang-barangnya ya dek. Saya mau cek."

Selama beberapa waktu, saya dan Kak Dani sibuk mengecek kelengkapan barang-barang maba, mengumpulkan tugas dan barang berharga, membagikan nametag, dan sebagainya. Saking hecticnya, saya sampai sedikit panik saat maba sudah diperintahkan meninggalkan lapangan padahal saya belum selesai menceklis. Pada akhirnya, Kak Dani meninggalkan lapangan untuk menemani tur intrakampus, sementara saya menunggui beberapa maba dari kelompok saya yang terlambat.

Setelah maba telat mengikuti tur intrakampus, saya meninggalkan lapangan parkir dan menuju lapangan multifungsi, tempat maba-maba yang tidak telat sedang berdiskusi bersama kelompoknya masing-masing mengenai tur yang tadi mereka ikuti. Saat saya datang, diskusi sudah hampir berakhir. Dalam hati, saya agak jengkel karena saya belum sempat berkenalan dengan maba-maba kelompok saya, karena saat briefing PSAF juga Kak Dani yang mengurus mereka. Tapi paling tidak saya masih bisa ikut diskusi meski sebentar.

"Kak, di departemen faal itu belajar apa sih?" tanya salah satu maba.

"Faal itu belajar fungsi-fungsi tubuh," saya menjawab. "Misalnya....gimana mekanismenya pertukaran oksigen di darah. Gitu deh. Itu mata kuliah paling susah."

"Dan ati-ati, soalnya dosennya killer semua," sambung Kak Dani.

"Dokter Drakula nggak killer ah kak," bantah saya.

"Siapa Dokter Drakula?"

"Dokter Tomi," jawab saya tanpa dosa.

"Yaah, tapi sebagian besar killer lah!"

Akhirnya, diskusi berakhir dan maba diantar ke aula untuk mengikuti seminar. Sementara itu, saya dan Kak Dani menyeret trashbag berisi tugas maba untuk diperiksa. Inilah bagian yang paling saya takuti. Kami harus selesai sebelum seminar usai, karena setelah itu saya harus menemani maba jumpa pahlawan.

Pada saat memeriksa itu, saya jadi tahu satu hal: Kak Dani itu TOA banget. Oke, saya emang pernah ngedenger suaranya waktu orasi calon ketua senat dulu, tapi waktu itu saya nggak terlalu deket darinya. Dan sekarang, saya duduk tepat menghadap Kak Dani dan harus mendengar teriakannya beberapa menit sekali setiap kali ada tugas yang bermasalah. Beginilah kira-kira cuplikannya:

Saya: Kak Dani, gimana nih kalo tugasnya kayak gini.... *nunjukin*

Kak Dani: ADEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE!!!

Kak Ade: (PJ fasil): Ya kak?

Kak Dani: Ini gimana tugasnya, bla3x....

Kak Ade: Oh, gini kak.... *ngejelasin*

Kak Dani dan saya: *lanjutin meriksa*

Saya: *beberapa saat kemudian* nah, kalo gini gimana kak?

Kak Dani: TIM TIGAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!

Tim 3 (Maela/Nyayo/whoever): Ya kak?

Kak Dani: kalo ini gimana bla3x...

Dan seterusnya, dan seterusnya.

Tapi saya lumayan seneng lho kerja sama Kak Dani. Meskipun saya berpendapat Kak Dani itu terlalu baik. Saat memeriksa, saya nemuin banyak kesamaan dalam tugas maba dan saya ngasih tau Kak Dani, tapi Kak Dani bilang kalo belum 100% sama, dia nggak akan nganggep plagiarisme. Yo wis, berhubung Kak Dani itu senior saya, saya nurut aja.

Akhirnya, selesai meriksa tugas. Bersama beberapa fasil lain yang juga ditugaskan menemani tur intrakampus, saya menunggu di pintu yang menuju bangsal potong. Kami menunggu beberapa saat. Karena saya fasil kelompok 1, tentunya kelompok saya datang duluan. Begitu mereka sampai di dekat saya, saya langsung membimbing mereka menyusuri jalur yang menuju bangsal potong dan menempatkan mereka mengelilingi sebuah meja yang di atasnya sudah dibaringkan kadaver.

Salah seorang maba tampak menutup hidungnya. Mungkin nggak tahan sama bau formalin. Tapi saya agak heran, karena menurut saya aromanya sih nggak terlalu menyengat. Mungkin saya udah tersensitisasi kali ya? Salah satu anak keamanan mendekati maba itu dan memintanya untuk menurunkan tangannya. Setelah semuanya masuk, acara jumpa pahlawan pun dimulai. Biasa deh, maba disuruh ngeliatin kadaver di depannya sementara ada satu orang di depan yang nyeritain gimana pentingnya kadaver itu bagi anak FK. Dua orang maba di kelompok saya nangis, meski saya nggak tau itu karena uraiannya atau karena matanya perih kena formalin.

Selesai jumpa pahlawan, saya nemenin maba ke museum anatomi. Saya bilang, "Habis ini nggak akan se-nyeremin yang tadi kok. Tapi nikmatin ya, soalnya kalian kemungkinan besar nggak akan bisa masuk museum ini lagi."

Dan mereka emang cukup nikmatin, sejauh yang saya lihat. Mereka banyak nanya soal sediaan-sediaan yang ada di sana (yang kebanyakan saya jawab asal-asalan, hahaha). Tapi ada juga yang saya jawab dengan bener kok, misalnya sediaan lidah (yang bagus banget, nggak kayak sediaan pas saya ujian anatomi GI sama respi), sediaan kembar siam, dan sebagainya. Saya juga nunjukin beberapa sediaan sendi yang bisa digerakin. Sayangnya, karena waktu nggak cukup, saya nggak sempet nunjukin semuanya. Mereka ke aula lagi untuk seminar tips and trik, sementara saya nyari tempat buat tidur sampai briefing sidang.

Selebihnya, nggak banyak yang saya lakuin sampe PSAF selesai, soalnya Kak Dani yang ikut sidang. Tapi waktu maba ikut dinamika, saya bolak-balik antara lapangan multifungsi dan ruang kesehatan, soalnya 3 maba kelompok saya ada di sana. Salah satunya, namanya Dyna, bahkan sampe pingsan di depan ruang konferensi anatomi (ruang sidangnya kelompok saya). Ngakunya sih karena dia ngeliat "sesuatu" di depan ruangan itu (err....). Saya rasa sih, usaha saya ini yang bikin para maba kelompok saya jadi suka sama saya, hehehe.

Akhirnya, PSAF hari pertama selesai. Saya dan Kak Dani ngembaliin semua tugas dan barang berharga maba. Kami juga ngasih beberapa nasihat buat mereka, terutama buat satu orang yang dapet strata mayor. Setelah evaluasi panitia, saya langsung pulang. Capek banget. Tapi saya seneng lho jadi fasil, apalagi masih ada satu hari lagi....

Selasa, 06 September 2011

Jaga Selalu Hatimu - Seventeen

kau jaga selalu hatimu
saat jauh dariku tunggu aku kembali
*courtesy of LirikLaguIndonesia.net
mencintaimu aku tenang
memilikimu aku ada
di setiap engkau membuka mata

merindukanmu selalu ku rasakan
selalu memelukmu penuh cinta
itu yang selalu aku inginkan

kau mampu membuatku tersenyum
dan kau bisa membuat nafasku lebih berarti

reff:
kau jaga selalu hatimu
saat jauh dariku tunggu aku kembali
ku mencintaimu selalu
menyayangimu sampai akhir menutup mata

kau mampu membuatku tersenyum
dan kau bisa membuat nafasku lebih berarti

repeat reff [2x]

kau, kau jaga selalu hatimu