Rabu, 27 Juli 2011

Sepucuk Surat dari Mahasiswa untuk Pengurus Modul

Selamat malam, Dok.

Nama saya Ayesya Nasta Lestari, seorang mahasiswi tingkat II yang seperti teman-teman saya yang lainnya, sedang menjalani modul Respirasi. Mungkin dokter tidak mengenal saya, karena saya bukanlah Oviliani Wijayanti atau Aldo Ferly yang nomor satu seangkatan. Tapi sungguhlah saya ingin bicara kepada dokter.

Sebelum saya sampai di inti masalah, biarkan saya bercerita sedikit. Beberapa bulan yang lalu, saya berhasil diterima menjadi anggota Media Aesculapius (MA). Sebagai anggota tahun pertama lainnya, saya diwajibkan untuk aktif di desk umum, dan saya terpilih menjadi koordinator Pelatihan Dasar Jurnalistik (PDJ). Penunjukan ini saya anggap sebagai suatu amanah, tanda kepercayaan bagi saya.

Bulan-bulan berlalu. Persiapan PDJ semakin matang. Saya pun semakin percaya diri dan merasa bahwa saya ternyata mampu memimpin teman-teman saya untuk mengadakan suatu acara besar. Meski dengan gesekan kecil di sana-sini, kami akhirnya berhasil mem-fix-kan acara ini: tanggal 30 Juli dan 1 Agustus, berupa seminar, workshop, dan kunjungan ke media profesional.

Tanpa terasa, PDJ tinggal menghitung hari. Namun sebelumnya, kami harus menjalani seminggu penuh ujian. Saya sedang belajar di kamar saya ketika saya mendapat email dari ketua angkatan saya (yang ngomong-ngomong, juga anggota MA seperti saya). Katanya: akan ada kunjungan ke RSPP pada tanggal 1 Agustus!

Betapa kagetnya saya membaca pengumuman itu. Jika kunjungan ke RSPP diadakan, bagaimana jadinya dengan kunjungan? Saya lantas menghubungi PJ Acara dan darinya saya tahu bahwa kunjungan sudah tak mungkin dibatalkan. Saya pun tak bisa meminta anggota-anggota MA untuk tidak mengikuti kunjungan. Saya memang berkomitmen pada acara saya tapi saya tak bisa memohon pengorbanan seperti itu untuk teman-teman saya.

Jika saya boleh meminta sesuatu, saya mohon supaya kunjungan RSPP ini dimundurkan atau bahkan dibatalkan. Saya tidak melihat apa gunanya, sekarang setelah kami sudah selesai modul Respirasi. Karena Dokter pastinya dulu pernah jadi mahasiswa, saya yakin Dokter akan mengerti problema yang saya hadapi. Sungguh saya tidak ingin mengecewakan Dokter yang telah bersusah-payah mengatur jadwal kunjungan RSPP ini untuk kami. Namun saya juga tidak mau mengecewakan sekian banyak orang yang sudah meluangkan waktunya untuk datang ke PDJ.

Saya memohon hal ini bukan hanya untuk saya. Teman-teman saya dari daerah kemungkinan sudah ada yang memesan tiket pesawat untuk pulang. Saya yakin Dokter tahu betapa mahalnya tiket pesawat, mengingat Dokter sendiri sering pergi ke luar negeri.

Mungkin sekian itu surat dari saya. Semoga Dokter dapat mempertimbangkan pertanyaan saya ini. Terima kasih, Dok...

Sabtu, 23 Juli 2011

Gotta Go My Own Way

I gotta say what's on my mind
Something about us
Doesn't seem right these days

Life keeps getting in the way
Whenever we try, somehow the plan
Is always rearranged

It's so hard to say
But I've gotta do what's best for me
You'll be okay

I've go to move on and be who I am
I just don't belong here, I hope you understand
We might find a place in this world someday
But at least for now, I gotta go my own away

Don't wanna leave it all behind
But I get my hopes up
And I watch them fall every time

Another color turns to gray
And it's just too hard to watch it all
Slowly fade away

I'm leaving today
'Cause I gotta do what's best for me
You'll be okay

I've got to move on and be who I am
I just don't belong here, I hope you understand
We might find a place in this world someday
But at least for now, I gotta go my own way

---

10 Agustus 2009. Satu hari yang sangat berarti untuk aku dan dia. Karena setelah dua tahun di SMA kami berteman baik, pada akhirnya aku memberanikan diri mengucapkan kata-kata sakral itu, gue suka sama lo, gimana kalo kita pacaran, bla bla bla. Dan dia menyatakan bahwa ia juga merasakan hal yang sama.

Tapi di hari ini, 23 Juli 2011, kami mengakhiri semuanya.

Masalah di antara kami, aku tidak ingin membukanya. Namun yang jelas, aku dan dia sama-sama mengerti bahwa untuk sementara ini kami tidak akan bersama-sama dulu. Kami sepakat untuk tetap berteman, dan dia mengatakan padaku bahwa dia akan tetap menyayangiku.

Jadi yang ingin kukatakan hanyalah, aku ingin berterima kasih padanya untuk semua yang telah ia lakukan padaku selama ini. Terima kasih sudah mengajakku berjalan-jalan. Terima kasih sudah bertengkar denganku selama pertandingan Arsenal vs MU (aku mendukung Arsenal, dan dia penggemar MU). Terima kasih sudah mendengarkan cerita-ceritaku. Dan yang terutama, terima kasih karena sudah menjadi seseorang yang istimewa di hatiku selama hampir dua tahun ini....

Maybe, one time later, we could reconcile our relationship.

But for now.... I gotta go my own way.

Minggu, 17 Juli 2011

Hati-hati Menggunakan Gula!


“Ganti gula Anda dengan gula jagung!”


Merasa familiar dengan kalimat seperti di atas? Tidak heran, mengingat kalimat tersebut cukup sering digunakan oleh sebuah produsen gula jagung untuk mengiklankan produknya. Gula jagung memang diagung-agungkan sebagai gula rendah kalori yang aman dikonsumsi, bahkan oleh penderita diabetes mellitus (DM).

Sebenarnya apa itu gula? Secara awam, gula dapat didefinisikan sebagai suatu bahan yang dapat menimbulkan rasa manis pada makanan. Secara kimia organik, gula pasir yang biasa kita gunakan sehari-hari mengandung sukrosa yang merupakan suatu disakarida gabungan dari glukosa dan fruktosa. Tubuh memerlukan gula sebagai sumber energi bagi sel-sel tubuh dan otak demi menjaga kelangsungan metabolisme, pertukaran zat, dan pemecahan karbohidrat dari makanan. Kebutuhan kalori per hari bagi wanita dewasa adalah 2000 kalori, dan pria dewasa 2400 kalori, dengan kebutuhan gula kira-kira sepuluh persennya.

Selama ini, masyarakat terobsesi dengan persepsi bahwa “gula menyebabkan diabetes”. Persepsi itu tidak sepenuhnya salah. Timbulnya DM memang didorong oleh tingginya kadar gula dalam darah. Jika seseorang memakan makanan yang mengandung banyak kalori (karbohidrat), karbohidrat tersebut akan dipecah di usus menjadi glukosa yang kemudian diabsorpsi ke darah dan menaikkan kadar gula darah. Karena itu, kadar gula dalam darah tidak hanya ditentukan oleh gula pasir, melainkan juga jumlah kalori yang dikonsumsi. Bagaimanapun, persepsi tersebut masih berlaku sehingga masyarakat berusaha mencari alternatif lain untuk menghindari DM namun tetap dapat mengonsumsi makanan manis. Salah satu alternatif tersebut adalah gula jagung.

Gula jagung, atau nama lainnya high fructose corn syrup (HFCS) adalah suatu sirup yang didapatkan dari pati jagung. Gula ini diproduksi dengan mengubah pati menjadi glukosa melalui proses enzimatis, lalu melalui proses enzimatis lain diubah menjadi fruktosa yang memiliki rasa manis 1,7 kali lipat glukosa. Meski rasanya lebih manis, gula jagung diklaim sebagai “gula rendah kalori” yang aman dikonsumsi bahkan bagi penderita DM seperti yang sudah disebutkan di atas tadi. Mengapa?

Fruktosa merupakan suatu substansi yang termasuk dalam golongan monosakarida sederhana. Fruktosa banyak ditemukan dalam madu, beri, melon, dan buah-buahan pohon, karena itu disebut sebagai gula buah. Karena fruktosa berbeda dengan glukosa, mekanisme regulasi keduanya pun berbeda. Saat glukosa terlepas ke darah, tubuh mengeluarkan insulin yang akan mengaturnya. Fruktosa tidak turut diatur oleh insulin, karena itu dianggap bahwa fruktosa memiliki efek baik pada penderita DM tipe II yang kekurangan insulin.

Klaim tersebut terpecahkan oleh sebuah penelitian di University of Canada pada tahun 2007. Penelitian tersebut membandingkan peningkatan kadar trigliserida pada orang-orang dewasa dengan obesitas yang diberi minum minuman yang mengandung fruktosa dan glukosa selama sepuluh minggu. Ternyata, hasil menunjukkan bahwa setelah dua minggu minum minuman berfruktosa, kadar trigliserida dalam darah meningkat hanya dalam 24 jam setelah makan. Sedangkan orang-orang yang minum minuman berglukosa justru memberikan hasil sebaliknya, kadar trigliserida mereka mengalami penurunan.

Penelitian lain pada tahun 2010 yang diterbitkan dalam Journal of American Society Nephrology (JASN) menyebutkan bahwa fruktosa juga memiliki efek meningkatkan resiko hipertensi. Diana Jalal, MD dari Pusat Ilmu Kesehatan Universitas Colorado, Denver, melakukan penelitian dengan subyek berjumlah 4.528 orang berusia 18 tahun tanpa riwayat hipertensi sebelumnya. Penelitian ini menemukan bahwa konsumsi 74 gram atau lebih fruktosa per hari dapat meningkatkan resiko tekanan darah menjadi 160/100 mmHg (dengan asumsi tekanan darah normal 120/20 mmHg) sebanyak 77%.

Bagaimana cara fruktosa memberikan efek tersebut? Ternyata, fruktosa diproses dan diregulasi di hati untuk diubah menjadi glukosa. Jika terlalu banyak fruktosa yang memasuki tubuh, hati akan kesulitan mengubah seluruh fruktosa menjadi glukosa. Sebagai akibatnya, sebagian besar fruktosa akan diubah menjadi lemak yang kemudian disimpan dalam bentuk trigliserida. Trigliserida yang terlalu tinggi dalam darah dapat menjadi faktor resiko penyakit jantung, mengganggu sinyal yang mengatur nafsu makan, dan menyebabkan resistensi insulin. Resistensi insulin inilah yang dapat memperparah DM.

Alternatif lain adalah menggunakan produk-produk “sugar free”. Produk-produk seperti ini menggunakan pemanis buatan agar tetap terasa manis. Pemanis buatan memang tidak mengandung kalori sehingga tidak akan menyebabkan DM. Namun beberapa jenis pemanis buatan diketahui berbahaya untuk tubuh, seperti sakarin yang bisa menimbulkan kanker.

Pada faktanya, pemanis terbaik yang bisa kita gunakan memang gula pasir atau gula tebu. Namun, kenyataan bahwa gula tidak menyebabkan DM bukan berarti kita boleh mengonsumsi gula sebanyak-banyaknya. Gula tetap harus dikonsumsi, namun tentu saja harus sesuai dengan kebutuhan kita sehari-hari, karena segala yang berlebihan itu tidak baik. Sebelum memakan sesuatu, alangkah baiknya jika kita mencari tahu terlebih dahulu nutrisi yang terkandung dalam makanan tersebut. Dan jangan terlalu mudah terbujuk oleh iklan yang mengatakan bahwa produk ini dan itu adalah aman walau kenyataannya dapat berdampak buruk pada tubuh kita.

Sabtu, 16 Juli 2011

Katanya Toleransi Beragama, Tapi....

Sebelum itu, saya ingin menyatakan bahwa dalam postingan ini, saya sama sekali tidak bermaksud menyinggung SARA. Oh, saya menganut toleransi beragama. Saya hanya ingin mengemukakan pikiran saya mengenai toleransi beragama yang berjalan di kampus saya.

Saya seorang mahasiswi kedokteran, menganut agama Islam dan berjilbab (saya tambahkan ini karena saya rasa ini bisa menjadi alasan mengapa saya sedikit sensitif terhadap topik yang akan saya kemukakan ini). Di semester 4 ini, saya harus mengikuti ujian logbook Keterampilan Klinik Dasar (KKD) yang salah satunya adalah memasang EKG.

Sekedar informasi, dalam pemasangan EKG ini tidak seperti pemeriksaan fisik di mana satu orang bisa diperiksa tujuh mahasiswa sekaligus, tapi satu orang percobaan (OP) harus diperiksa satu mahasiswa. Elektroda-elektroda yang dipasang di dada meninggalkan bekas, sehingga jika satu orang diperiksa oleh banyak mahasiswa, keenakan dong mahasiswa yang mendapat giliran memasang berikutnya? Tapi tidak mungkin menyediakan OP untuk 200-an mahasiswa, jadi solusinya? Semua mahasiswa harus jadi OP. Dan yang saya maksud, semuanya. Termasuk mahasiswi.

Kebijakan fakultas memang meminta perempuan hanya memeriksa sesama perempuan, namun tetap saja itu membuat kami gerah. Sebab (ini fakta yang baru saya ketahui belakangan), perempuan non muslim juga bukan mahram kami, sehingga kami tak boleh membuka aurat di depan mereka. Pergilah beberapa orang perempuan dari angkatan saya, mencoba melobi orang-orang departemen F*** yang mengurus EKG agar muslimah hanya memeriksa sesama muslimah.

Mulanya, semua tampak berjalan lancar. Teman saya maju ke depan kelas dan memohon pengertian kepada seluruh angkatan, dan mahasiswi-mahasiswi non muslim tidak keberatan. Memang, ini setelah kelompok saya ujian EKG, tapi syukurlah saat itu satu-satunya mahasiswi non-muslim di kelompok saya menunda ujiannya karena ada konferensi di Padang.

Namun hal ini ternyata tercium oleh departemen F*** yang sayangnya, sebagian besar pengurusnya non muslim. Dan mereka dengan tegas berkata, TIDAK! Mereka tidak mau mengerti, dan tidak mau mengerti bahwa kami hanya ingin melaksanakan ajaran agama kami. Bagi mereka, urusan akademik tidak seharusnya dicampurkan dengan agama. Perempuan hanya memeriksa sesama perempuan, tak peduli muslimah atau non-muslimah, titik.

Saya sungguh pedih saat menyadarinya. Bagaimana mungkin di negara yang "katanya" menjunjung tinggi toleransi beragama ini, hal seperti itu terjadi. Terlebih lagi, universitas di mana saya menuntut ilmu ini adalah universitas terpandang, universitas terbaik di negeri ini, universitas yang menjunjung nama negara. Namun sekarang, jelas-jelas di depan mata saya, universitas ini melakukan sesuatu yang menentang negara!

Ah, saya jadi teringat pelajaran sejarah saat saya masih sekolah dulu. Saat itu, saya diceritakan bahwa rumusan Pancasila sila pertama yang asli adalah "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya". Sesungguhnya di antara perumus Pancasila saat itu ada seorang non-muslim, namun beliau tidak keberatan dengan rumusan ini. Meski pada akhirnya sila pertama diubah menjadi "Ketuhanan yang Maha Esa" demi mengakomodasi penduduk Indonesia yang non-muslim, hal ini sudah menunjukkan toleransi beragama dari sang perumus Pancasila (maaf, saya lupa namanya).

Saya juga teringat upacara bendera di sekolah saya. Saat SMP dan SMA, saya bersekolah di sekolah negeri, di mana semua agama saling bercampur. Saya mengira bahwa doa yang dibacakan saat upacara akan menjadi doa yang "netral" tidak seperti doa yang diajarkan di SD saya (saya berasal dari SD Islam). Tapi ternyata doa masih menggunakan bahasa Arab dan menyebut-nyebut nama Allah, dan semua teman saya yang non-muslim tetap menyimak. Itu satu contoh toleransi beragama lagi.

Dan sekarang, di universitas terbaik di negeri ini, toleransi beragama itu ditolak.

Sebagai mahasiswa yang tidak punya kuasa, saya hanya bisa pasrah. Namun saya yakin, bahwa Allah SWT Maha Melihat. Dia melihat semuanya dan tahu bahwa ini semua bukan kesalahan kami. Yang penting, kami telah mengusahakan yang terbaik.

Ya Allah, bukakanlah mata para dosen itu. Jika memang kami tidak bisa mendapatkan yang kami inginkan, biarkanlah adik-adik kami dari angkatan 2010 tidak harus mengalami hal seperti ini. Semoga mereka dapat ujian dengan lancar dan muslimah tidak harus diperiksa non-muslimah.

Terinspirasi dari postingan blog teman saya: http://inspirethesphere.blogspot.com/2011/07/not-to-give-up.html

Rabu, 13 Juli 2011

Slices of Thought

Kau bilang kau suka hujan,
tapi saat hujan, kaulindungi dirimu dengan payung

Kau bilang kau suka matahari,
tapi saat panas, kau berjalan di tempat teduh

Kau bilang kau suka angin,
tapi saat udara dingin, kaututup jendelamu

Dan sekarang, saat kau bilang kau mencintaiku,
haruskah aku mempercayainya?

Minggu, 10 Juli 2011

Kak, Jari Papa Sakit....

"Kak, kenapa ya kok jari papa suka sakit kalo pagi?"

Aku mendongak, menatap papaku yang duduk di sebelahku untuk menyetir. Satu tangannya terangkat, menunjukkan jari yang katanya suka sakit kalau pagi. Yah, sebagai satu-satunya calon dokter di keluargaku, aku memang tidak jarang ditanyai kalau ada anggota keluarga yang sakit.

Segera aku kais-kais ingatan semasa modul Muskuloskeletal dulu. Rasa-rasanya penyakit macam ini cukup familiar dalam otakku. Jari sering sakit saat digerakkan di pagi hari? Hmmm, jangan-jangan....

"Rheumatoid arthritis kali, pa," kataku dengan nada meyakinkan.

"Apa tuh?" tanya papa.

"Radang sendi. Biasanya nyerang sendi-sendi kecil, kayak sendi jari," kataku sok tahu (emang sebenernya tau, tapi kan udah lupa-lupa banyak, jadi sok tau aja lah).

"Tapi nggak sakit lagi kok kalau setelah aktivitas," bantah papa.

"Justru itu tandanya!" aku hampir teriak. "Sakit di pagi hari, tapi membaik setelah beraktivitas." (Kalau yang ini aku inget banget, soalnya ada di pemicu).

"Itu kenapa, kak?"

"Aku lupa. Tapi kalau nggak salah sih karena penumpukan asam urat."

"Asam urat papa normal kok!" papa ngebantah lagi.

"Iya, itu asam urat yang beredar di darah. Tapi asam urat yang ini numpuk di sendi, makanya sakit. Itu nggak bisa diukur pake tes darah di Senayan, harus di lab." (Yang ini aku inget banget, tapi aku lupa apa beneran penyebabnya karena asam urat. Seingetku sih gitu....soalnya osteoarthritis karena proses penuaan, tuberculous arthritis karena TB dan biasanya nyerang sendi-sendi gede).

"Terus akibatnya apa kak?"

Aku mikir. Jujur yang ini aku lupa banget. Akhirnya aku bilang aja dengan full bacot, "Kalo udah parah, bisa nyerang sendi-sendi besar, misalnya kaki. Nggak bisa jalan deh."

"Gimana ngatasinnya?"

"Ke dokter," aku jawab ngasal.

"Itu sih semua juga tau! Masak ke dukun!" papaku sewot.

Aku sih cuma ngeringis aja. Karena jujur, aku juga lupa banget apa penatalaksanaan buat rheumatoid arthritis. Tapi tunggu aja pa, nanti kalau aku udah jadi dokter, aku bakal cari tau apa obatnya....

Rabu, 06 Juli 2011

Pelatihan Dasar Jurnalistik (PDJ) Media Aesculapius 2011

Media Aesculapius SM IKM FKUI mempersembahkan:

PELATIHAN DASAR JURNALISTIK 2011
“Dari Jurnalistik Konvensional ke Digital”

Waktu : Sabtu-Minggu, 30-31 Juli 2011
Tempat : Auditorium Sarwono Gedung A RSCM-FKUI

Hari 1
SEMINAR
“Fotografi Jurnalistik” oleh Andhika Wahyu (ANTARA)
“Menangkap Peluang Era Jurnalisme Digital” oleh Arif Zulkifli (TEMPO)
“Menulis Hard News” oleh Budi Setyarso (TEMPO)

WORKSHOP
“Simulasi Menulis Berita untuk Media”
Andalah wartawan, Andalah kamerawan, Andalah dewan direksi!

Hari 2
KUNJUNGAN KE MEDIA PROFESIONAL

Tiket:
Early Bird – Rp50.000,00 (pendaftaran hubungi CP)
On the Spot – Rp60.000,00
GRATIS UNTUK 50 PENDAFTAR PERTAMA!

Tunggu apa lagi? Daftar sekarang juga!

CP:
Tata (085692711925)
Aldo (08170909633)
Twitter: @mapdj2011